Sukses

Kasus Penyadapan Telepon Murdoch Meluas

Skandal penyadapan telepon yang melibatkan bos perusahaan media, Rupert Murdoch, semakin meluas. Bahkan, kasus ini menyeret Perdana Menteri dan Kepala Kepolisian Inggris.

Liputan6.com, London: Skandal penyadapan telepon yang melibatkan bos perusahaan media, Rupert Murdoch, semakin meluas. Bahkan, kasus ini menyeret Perdana Menteri dan Kepala Kepolisian Inggris yang menjadi sasaran kritik. Demikian laporan situs NHK, Senin (18/7).

Kantor berita terbesar di dunia News Corporation juga terpaksa menutup tabloid mingguan populer Inggris, News of the World, awal bulan ini ketika polisi memulai menyelidiki kasus penyadapan pesan suara pada ponsel-ponsel milik selebritas dan korban kejahatan [baca: "News of the World" Terbit Terakhir Kali].

Murdoch pun mengumumkan sebuah permintaan maaf di beberapa surat kabar besar Inggris atas kesalahan fatal tabloid-nya, Sabtu lalu. Hal itu dilakukan sebagai upayanya menangkis kritik. Ia juga diminta untuk bersaksi di depan Komite Parlemen Selasa esok, untuk menjelaskan masalah di tabloidnya tersebut.

Perdana Menteri Inggris David Cameron juga terseret dalam kasus tersebut, karena ia pernah mempekerjakan mantan editor News of the World, Andy Coulson, sebagai Direktur Komunikasi sampai Januari tahun ini. Pilihan Cameron itu sebelumnya ditentang banyak orang, karena Coulson menjabat sebagai editor pada periode yang memunculkan berbagai tuduhan penyadapan telepon [baca: Skandal Tabloid NoW Bisa Menerpa PM Cameron].

Kepala Polisi Metropolitan Inggris Paul Stephenson mengundurkan diri dari jabatannya setelah dicurigai menerima uang tunai dari surat kabar Murdoch tersebut. Les Hinton, Chief Executive Dow Jones, juga ikut mengundurkan diri dari perusahaan milik Murdoch. Hinton merupakan kepala News International, penerbit tabloid News of the World.

Tak hanya itu, ada juga dugaan kuat bahwa seorang konglomerat telah menyusup ke ponsel-ponsel orang yang tewas dalam serangan teroris 11 September lalu dan kerabat-kerabat mereka. Namun, rumor itu masih belum cukup jelas dan masih dalam tahap penyelidikan.(SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini