Sukses

Presiden Taiwan: Unifikasi Tidak Sekarang

"Kami mempertahankan status quo `tidak unifikasi`, tidak merdeka, dan tidak menggunakan kekuatan'," kata Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, menegaskan.

Liputan6.com, Taipei: Presiden Taiwan Ma Ying-jeou menyatakan unifikasi dengan Cina tidak dalam agenda untuk saat ini. Ia mengemukakan hal ini pada Senin (10/10) atau sehari setelah timpalannya dari Cina menyerukan agar kedua pesaing itu untuk menyatu kembali.

Ma juga mendesak Cina meniru demokrasi Taiwan. "Kami mempertahankan status quo `tidak unifikasi`, tidak merdeka, dan tidak menggunakan kekuatan'," kata Ma menegaskan, saat berbicara dengan massa yang berkumpul di Taipei untuk memperingati 100 tahun revolusi yang membentuk panggung bagi Republik Cina, nama resmi pulau itu [baca: Kebijakan "Tidak Ada Tiga" Menguntungkan Taiwan].

"Hal ini membuat ketegangan di Selat Taiwan sangat tenang dan mengumpulkan penegasan serta dukungan masyarakat internasional," ucap Presiden Ma, menambahkan.

Cina dan Taiwan telah terpisah sejak akhir perang saudara 62 tahun lalu. Namun, pemerintah Beijing masih mengklaim kedaulatan atas pulau itu dan telah bersumpah untuk mendapatkannya kembali.

Kemarin, Presiden Cina Hu Jintao menandai ulang tahun ke-100 yang sama dengan menyatakan bahwa reunifikasi melalui cara damai adalah menjadi kepentingan mendasar bagi sebagian besar orang Cina, termasuk rekan-rekan sebangsa, Taiwan.

Para pejabat di Kantor Kepresidenan di Taipei, tidak bisa segera mengonfirmasi apakah Ma menyesuaikan pidato yang dipersiapkan setelah komentar-komentar yang disampaikan Hu itu.

Presiden Taiwan mengatakan dalam sambutannya, aspirasi pendiri Republik Cina abad yang lalu adalah untuk "mendirikan negara merdeka dan demokratis dengan distribusi kekayaan yang adil". "Daratan harus berani bergerak ke arah itu," katanya kepada massa yang hadir.

Revolusi itu diperingati Senin di Taiwan adalah penumbangan Cina terhadap kaisar terakhir, yang membawa lebih dari 2.000 tahun sejarah kekaisaran hampir tak terputus berakhir. Republik Cina yang menyatu di daratan berlangsung sampai 1949, ketika Komunis kemudian mengambil alih kekuasaan. Hal ini memaksa sisa-sisa republik untuk pindah ke Taiwan, yang masih menyebut dirinya Republik Cina.(ANS/Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini