Sukses

Irma Hikmayanti, Sosok Inspiratif Kaum Tuna Netra

Irma Hikmayanti merupakan sosok inspiratif bagi para penyandang tuna netra di Yayasan Mitra Netra. Wanita kelahiran 6 Agustus 1973 ini bersemangat mengajarkan bahasa Inggris bagi penyandang tuna netra seperti dirinya dengan bantuan komputer bicara.

Liputan6.com, Jakarta: Langkah kaki Irma Hikmayanti begitu ringan memasuki kantor Yayasan Mitra Netra di Jakarta. Semangatnya untuk mengajarkan Bahasa Inggris bagi penyandang tuna netra seperti dirinya membuat suasana kelas menjadi hidup.

Irma mengaku tak kesulitan mengajarkan bahasa Inggris meski materi ajarnya harus diterjemahkan dan diketik terlebih dulu dengan bantuan komputer bicara. Materi ini kemudian dicetak ke dalam huruf Braille agar bisa dibaca belasan muridnya. Menurutnya, kemampuan bahasa asing ini dibutuhkan untuk menunjang keterampilan komputer dalam dunia kerja.

Kondisi penglihatan dan kemampuan teknis para murid yang tidak seragam terkadang menjadi kendala. Tapi Irma paham solusinya. Ia pun mengajar dengan penuh kesabaran dan memastikan murid-muridnya paham materi yang diajarkan. "Kalau untuk peserta didik baru yang belum bisa bahasa Inggris dan komputer bicara akan di-partner-kan dengan peserta yang bisa," ujar Irma. 

Kabag Humas Yayasan Mitra Netra Aria Indrawati menuturkan Irma merupakan sosok istimewa. "Meski terkadang murid-muridnya nakal dan susah diatur, tapi Irma dengan sabar mengajarkan dan menuntun murid-muridnya sampai bisa," ujarnya.

Sulung dari dua bersaudara anak pasangan Nandang Hadi Sobari dan Ije Hendarsjah ini memang terlahir normal. Namun, wanita lajang kelahiran 6 Agustus 1973 ini tak menyangka kecelakaan sepeda yang dialaminya saat berusia empat tahun mengakibatkan dirinya menderita glaukoma dan low vision. Sejak kelas tiga SD, Irma pun harus memakai kacamata tebal untuk membantu penglihatannya yang semakin lama semakin buruk. 

Kendati demikian, rencana pendidikan Irma tetap terlaksana. Usai lulus dari Fakultas Hukum Universitas Padjajaran dengan predikat cum Laude ia menerima beasiswa dari University of Saint Thomas, Houston, Amerika Serikat untuk Ilmu Sosial Kontemporer.

Irma pun berusaha sembuh dari penyakit yang dideritanya. Namun, meski sudah 17 kali menjalani operasi mata memperbaiki penglihatannya, operasi terakhir yang dilakukan tak jua membuahkan hasil. Termasuk, operasi yang dilakukan setelah sang ayah berpulang di akhir 2007 lalu. Sejak empat tahun terakhir, ia kehilangan penglihatannya secara total.

Kini didampingi sang ibu, Itje Hendarsyah Irma menjalani kesehariannya dengan gembira. Itje mengaku bangga dengan ketekunan belajar putrinya yang sangat berbakti terhadap orang tua. "Saya pernah bilang ke dia, Ir kamu harus belajar Braille agar kamu bisa melihat dunia luar. Hasilnya, ia kini bisa berprestasi," ujar Itje.

Jika tak ada jadwal mengajar Irma mengisi harinya sebagai penerjemah profesional bagi lembaga internasional yang berkantor pusat di Jerman. Irma optimistis bila semua pihak mau memberikan kesempatan kerja dan akses pendidikan yang setara, masa depan tuna netra di Tanah Air akan semakin cerah.(ADI/YUS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini