Sukses

Kebhinekaan, Atmosfir Kota Singkawang

Kota Singkawang, Kalimantan Barat, bukan sekadar potret keberadaan warga Cina keturunan di Tanah Air. Wilayah itu juga menjadi bukti kebhinekaan di antara beragam budaya dan agama.

Liputan6.com, Singkawang: Vihara Tridharma Bumi Raya berdiri kokoh di Jalan Sejahtera, yang di depan terhubung pada empat jalan lain, termasuk Jalan Setia Budi dan Jalan Budi Utomo, Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Sekitar 200 meter di belakangnya berdiri Masjid Raya Kota Singkawang di Jalan Masjid. Bila dipandang dari tengah simpang lima jalan-jalan itu, maka vihara dan masjid membentuk sebuah garis.

Situasi seperti itu lazimnya ditemukan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur sebagai potret kebhinekaan atau toleransi di antara umat beragama. Namun garis lurus di pusat kota itu membuktikan, potret kebhinekaan memang ada di Kota Singkawang.

Kota berpopulasi sekitar 200 ribu jiwa itu dimukimi oleh berbagai etnis, dan 62 persen di antaranya adalah warga Cina keturunan. Para leluhur mereka berasal dari Hakka (Khe). Mereka datang karena tergiur emas dan mencari peruntungan di negeri rantau. Akhirnya, Kota Singkawang menjadi pelabuhan terakhir mereka.

Sejak itu, mereka membaur dengan etnis lokal yang juga beragama berbeda dibandingkan agama leluhurnya. Bahkan, mereka juga melakukan kawin-mawin dengan warga asli. Proses akulturasi pun terjadi. Persis seperti yang terjadi pada Cina Benteng di wilayah Tangerang, Banten.

Dan di antara akulturasi itu, mereka membangun kebersamaan yang disemangati penghargaaan kepada perbedaan. "Kami di sini aman-aman saja. Tidak saling ganggu. Toleransilah," kata Amey, warga di Jalan Budi Utomo, Kota Singkawang.

Ketika Perayaan Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh digelar, maka warga yang bukan Cina keturunan ikut menghargainya. Bahkan, ikut membaur. Kaum Muslim tidak merasa sungkan mendatangi warga Cina keturunan yang merayakan momen tahunan itu. Begitu sebaliknya, ketika kaum Muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.

Kebhinekaan itu bukan hanya dalam kehidupan beragama, tapi juga dalam kegiatan usaha. Kota Singkawang yang ditopang kegiatan pertanian, kini makin menggeliat berkat kegiatan perdagangan yang dibangun warga Cina keturunan dari daerah lain atau warga dari etnis lain.

Warga Cina keturunan di Pontianak dikenal dengan leluhurnya yang pintar berdagang, karena itu keturunannya pun dikenal pintar berdagang pula. Berbeda dengan warga Cina keturunan di Singkawang yang memang dikenal sebagai petani.

Jalan Setia Budi atau Pasar Hongkong juga bisa menjadi cerminan kebhinekaan dalam rupa yang lain. Di tempat itu, para pedagang dengan berbagai latar belakang etnis berniaga seraya menjajakan makanan asal daerahnya.

Di tempat itu, kita bisa menikmati nasi padang, sate padang, nasi goreng, soto ayam, hingga makanan ala Cina. Semuanya dijajakan secara kaki lima, serta dengan pembeli dari seluruh kalangan.(SHA/AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.