Sukses

Akhir Oktober, NATO Akan Akhiri Misi Libia

Aliansi itu akan mengeluarkan keputusan resmi pekan depan setelah berkonsultasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah sementara Libia.

Liputan6.com, Brussels: Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO merencanakan mengakhiri misi serangan udara dan lautnya selama tujuh bulan di Libia pada 31 Oktober mendatang. Demikian pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen di Brussels, Belgia, Jumat (21/10) waktu setempat.

Namun, menurut Rasmussen, aliansi itu akan mengeluarkan keputusan resmi pekan depan setelah berkonsultasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah sementara Libia.

"Kami sepakat bahwa operasi kami telah sangat mendekati penyelesaian dan kami telah mengambil keputusan awal untuk mengakhiri operasi Unified Protector pada 31 Oktober," kata Rasmussen setelah pembicaraan lama dengan para dubes aliansi yang memiliki 28 anggota itu mengenai jadwal pasti dan rencana detail untuk mengakhiri operasi tersebut.

"Dalam pada itu, saya akan berkonsultasi secara dekat dengan PBB dan Dewan Transisi Nasional (NTC)," pemerintah sementara di Libia. Saya sangat bangga mengenai apa yang telah kami capai, bersama dengan mitra-mitra kami, termasuk banyak dari kawasan itu," ujar Rasmussen.

Ia menambahkan, NATO akan terus memantau situasi dan mempertahankan kapasitas untuk memanggapi ancaman pada warga sipil jika diperlukan. Pernyataan ini disampaikan Rasmussen sehari setelah tewasnya Muammar Khadafi dan jatuhnya benteng pertahanan terakhirnya.

Ketika diminta untuk mengonfirmasi bahwa serangan terhadap konvoi Khadafi dekat Sirte, Kamis silam, tidak disengaja, Rasmusen mengatakan mantan pemimpin Libia itu tak pernah menjadi sasaran. Ia minta pemerintah transisi Libia untuk berbuat menghormati hak asasi manusia, termasuk transparansi penuh.

Sebelumnya kepala komando koalisi, Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat James Stavridis mengatakan di akun Facebook-nya: "Saya akan merekomendasikan penyelesaian misi ini pada Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO dalam beberapa jam. Dua puluh empat jam jam yang luar biasa di Libia," katanya. "Hari baik bagi NATO. Hari besar bagi rakyat Libia."

Pembicaraan antara para duta besar terpecah pada "keamanan dan pemilihan waktu pengumuman" mengenai berakhirnya operasi itu, kata seorang diplomat, saat beberapa anggota percaya NATO perlu menunggu para pemimpin baru Libia mengumumkan secara resmi pada Ahad besok bahwa Libya telah dibebaskan.

Aliansi itu, menurut hitungannya sendiri, telah melakukan 26.156 penerbangan, termasuk 9.634 serangan, sejak mengambil alih misi dari Paris dan London pada 31 Maret silam berdasarkan mandat PBB untuk melindungi warga sipil karena ancaman dari rezim Khadafi.

NATO sebelumnya Jumat lalu mengatakan mereka tidak mengetahui bahwa Khadafi telah melakukan perjalanan dalam konvoi yang dihantam oleh pesawat aliansi dekat Sirte, sehari sebelumnya. "Pada waktu serangan itu, NATO tidak tahu bahwa Khadafi dalam konvoi tersebut," kata NATO dalam sebuah pernyataan panjang. "Kami kemudian mempelajari dari sumber-sumber terbuka dan intelijen Sekutu bahwa Khadafi dalam konvoi itu.

Pesawat NATO menghantam 11 kendaraan pro-Khadafi pada sekitar pukul 10.30 GMT (pukul 17.30 WIB) Kamis yang merupakan bagian dari konvoi sekitar 75 kendaraan yang bermanuver di sekitar Sirte. Hanya satu kendaraan yang hancur, tapi itu mengacau konvoi tersebut dan mengakibatkan banyak kendaraan bubar dan mengubah arah.

NATO kemudian melibatkan sekelompok kira-kira 20 kendaraan, menghancurkan atau merusak sekitar 10 dari kendaraan-kendaraan itu. "Serangan itu mungkin menyumbang pada penangkapannya," kata NATO, merujuk ke Khadafi.(ANS/Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.