Sukses

Empat Alasan Menurunnya Kepuasan Publik Terhadap SBY

Tak selesainya atasi kasus-kasus besar dan terlalu reaktif terhadap kasus yang menyerang SBY menjadi alasan menurunnya kepuasan publik terhadap kinerja dan kepemimpinan SBY.

Liputan6.com, Jakarta: Dari hasil wawancara mendalam, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mendapati empat hal penyebab menurunnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja dan kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Direktur Lingkaran Kebijakan Publik LSI Sunarto Ciptoharjono mengatakan, pertama disebabkan makin banyaknya kasus besar nasional yang tak kunjung tuntas. Awalnya, lanjut Sunarto, SBY meyakinkan publik akan menuntaskan kasus-kasus besar di negeri ini. Tapi seiring jalannya waktu, publik hanya melihat SBY berkutat di tingkat wacana, tapi kurang piawai mengeksekusi.

Sunarto mencontohkan, kasus Munir. Begitu juga kasus bail out Bank Century. "Sejak awal SBY mengatakan akan menuntaskan kasus Munir, tapi sampai saat ini belum terjawab siapa pembunuhnya. Malah terjadi PK," ujar Sunarto pada konferensi pers dengan tema "Merosotnya Leadership SBY di Mata Publik" (Analisis Survei Nasional Juni 2011) di kantor LSI, Jakarta Timur, Ahad (26/6).

Kedua, kata Sunarto, SBY dinilai terlalu reaktif atas kasus yang menyerang dirinya sendiri. Menurut dia, hal ini justru publik menilai SBY bukan karakter strong leader (pemimpin tangguh). Kasus ini menurut publik malah dinilai sepele, dan bukan kelas untuk ditanggapi seorang presiden.

Lalu ketiga, ujar Sunarto, publik menilai SBY tak memiliki operator politik yang tangguh untuk memabntunya menuntaskan masalah. Sebagai seorang presiden, SBY tentu bicara pada level umum. Padahal, lanjut Sunarto, ini adalah tugas operator politiknya untuk menuntaskan dan membuatnya detail. "Tapi absennya operator politik ini adalah pilihan SBY sendiri."

Keempat, menurut Sunarto, disebabkan berkembangnya kasus yang belakangan muncul di kandang SBY. Kasus Muhammad Nazaruddin misalnya, bukan cuma merusak citra anti-korupsi SBY. Tapi juga membuat publik meragukan kemampuan Presiden untuk mengendalikan kadernya.(AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini