Sukses

Bersilang Pandangan soal Penyebab Banjir

Banjir bandang melanda Wasior, Papua Barat, menerjang, tapi belum ada kata sepakat tentang penyebabnya. Sejumlah kalangan menuding pembalakan liar menjadi penyebab. Tapi, pemerintah membantah.

Liputan6.com, Jakarta: Akhirnya, tiba juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Tanah Papua. Ia berada di sana sampai Jumat (15/10) untuk meninjau bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat.  Untuk bencana sejenis, korban yang jatuh tergolong luar biasa. Berdasarkan catatan Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama, sedikitnya 140 orang dilaporkan hilang. Sementara itu, 150 orang lainnya ditemukan tewas.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menampung sedikitnya 4.771 pengungsi korban banjir bandang Wasior di Manokwari, Papua Barat. Berdasarkan data BNPB, ribuan pengungsi itu tersebar di beberapa lokasi pengungsian di Manokwari.

Jumlah pengungsi terbanyak ada di komplek Balai Latihan Kerja Manokwari, yaitu sebanyak 1.245 orang. Kemudian di Lapangan Kodim Manokwari sebanyak 972 orang Sementara itu, BNPB mencatat 2.554 orang pengungsi tercatat melakukan pengungsian mandiri, atau kembali ke keluarga masing-masing di kawasan Manokwari.

Selain di Manokwari, BNPB juga mendata 2.652 pengungsi masih bertahan di Wasior, tempat bencana banjir bandang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka tersebar di enam lokasi penampungan pengungsi. BNPB juga mencatat 355 pengungsi ditampung di Nabire.

Bencana datang, tapi belum ada kata sepakat tentang penyebabnya. Sejumlah kalangan menuding illegal logging (pembalakan liar) menjadi penyabab. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), misalnya. Menurut Walhi, persoalan dasarnya adalah kerusakan hutan di wilayah hulu.

Dalam enam bulan terakhir ini saja, sudah terjadi sembilan kali bencana banjir besar yang disebabkan perubahan fungsi hutan menjadi industri baik sawit, kayu mupun pertambangan. "Namun banjir bandang Wasior adalah yang terparah karena memakan korban jiwa sangat besar," kata Manager Desk Bencana Eksekutif Nasional Walhi Walhi Irhash Ahmady dalam siaran persnya.

Walhi menduga dua perusahaan yang bertanggung jawab atas perambahan hutan di kawasan Hutan Suaka Alam Gunung Wondiboi. Hingga saat ini, Jaringan Walhi masih melakukan investigasi untuk memastikan hal tersebut.

Tudingan itu bukannya tanpa dasar. Pantauan jaringan Walhi di lapangan menemukan, ratusan gelondongan kayu disertai lumpur dan batu besar bertebaran di seluruh di Wasior I, Wasior II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi, dan Kampung Wondiboy. "Ini menambah fakta bahwa memang kerusakan hutan di wilayah hulu menjadi penyebab utama," kata Irhash.

Walhi mendesak Pemerintah untuk melakukan evaluasi terhadap kedua perusahaan ini. Jika terjadi penyalahgunaan Hak Penguasaan Hutan (HPH), perizinan kedua perusahaan ini harus segera dicabut. Pemerintah juga diminta segera melakukan audit lingkungan terkait dengan industri di kawasan hutan Indonesia. "Ini bentuk kelalaian pemerintah, karena tidak pernah menilai dan melakukan kajian secara serius konsesi industri kehutanan di Indonesia," ujar Irhash.

Dari pihak pemerintah, meluncur bantahan atas tudingan tersebut. Menteri Kehutanan Zulfikli Hasan mengatakan banjir bandang yang terjadi di Wasior disebabkan tata ruang wilayah tersebut yang kurang memadai.

"Menurut ilmu kehutanan, tata ruang di sini kurang tepat. Karena ini kawasan hutan produksi terbatas, harus hati-hati tinggal di sini. Kalau dibuka sedikit, bisa mempercepat longsor dari atas," ujarnya di Jakarta, Senin (11/10).

Menurut Zulkifli, wilayah tersebut tidak boleh dijadikan daerah permukiman penduduk. Sebab,  dapat menganggu tata ruang dan menyebabkan longsor, apalagi curah hujan juga sangat tinggi. Lebih jauh, Wasior merupakan daerah aliran sungai serta kawasan hutan produksi tetap sehingga tidak ada ijin hak penguasaan hutan untuk menebang kayu.

Ia menegaskan musibah tersebut terjadi bukan karena adanya pembalakan liar. Pada masa mendatang, tata ruang yang mengikuti kaidah lingkungan di wilayah itu harus dikelola dengan lebih baik.

Zulkifli punya dua keyakinan. Sebelumnya, Zulkifli mengatakan, banjir bandang di Wasior  terjadi akibat pembalakan liar di kawasan tersebut. Menurut Zulkifli, warga setempat cenderung melakukan eksploitasi berlebihan sehingga berdampak pada kerusakan alam. "Saya baru ke sana. Itu dampak illegal logging, penebangan tidak terkendali," kata Zulkifli di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Kamis (7/10).

Menanggapi posisi pemerintah, Koordinator Kaukus Papua di Parlemen RI, Paskalis Kossay, menyayangkan Menteri Kehutanan yang terkesan inkonsisten. terkait soal penyebab bencana banjir bandang di Wasior. Janganlah bersikap mendua dan sengaja melakukan pembohongan publik mengenai penyebab terjadinya bencana Wasior," katanya di Jakarta, Rabu (13/10).

"Sudah jelas bencana itu terjadi karena penurunan daya dukung lingkungan akibat penebangan hutan yang berlangsung lama sejak dekade 1990-an, termasuk adanya indikasi kuat berlangsungnya tindak pembalakan liar," katanya.

Kaukus Papua kini mengaku bingung oleh pernyataan resmi pemerintah yang agak berbau mau melindungi faktor utama penyebab bencana kemanusiaan ini. "Lebih ironis lagi, Menteri Kehutanan yang awalnya mengakui bahwa bencana Wasior karena deforestasi hutan, sekarang menyangkal lagi," tanyanya.

Di Wasior, SBY ikut menegaskan sikap pemerintah. Ia mengatakan hutan di Wasior masih terawat dengan baik sehingga bisa disimpulkan bahwa bencana banjir bandang di kawasan itu bukan karena pembalakan liar.

"Kita lihat, hutan masih terpelihara dengan baik," kata Presiden Yudhoyono saat meninjau daerah aliran sungai di Wasior, Kamis (14/10). Yudhoyono menegaskan telah memantau kondisi hutan secara langsung maupun melalui foto udara. Dari pemantauan itu, tidak ditemukan kerusakan hutan. Hal itu sesuai dengan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Presiden membenarkan adanya kayu gelondongan yang hanyut terbawa banjir. Namun, Presiden menegaskan, hal itu tidak secara otomatis adanya pembalakan liar. "Itu adalah pohon tumbang utuh dengan akar," katanya.

Sejatinya, menetapkan penyebab juga tak kalah penting. Melakukan diagnosis dengan tepat dan jujur akan menghindarkan kita dari bencana-bencana serupa di lain waktu, di lain tempat. (YUS/dari berbagai sumber)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini