Sukses

AS "Ngotot" Israel Batalkan Proyek Permukiman

Pemerintahan Obama tetap meminta Israel membatalkan pembangunan 1.600 permukiman Yahudi yang memicu kontroversi. Pembangunan proyek ini akan membahayakan perundingan damai Israel-Palestina yang dimotori Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jerusalem: Pemerintah Barack Obama menuntut Israel menghentikan proyek pembangunan permukiman Yahudi di sebelah timur Jerusalem. Sebab, pembangunan permukiman ini memicu kontroversi. Pembatalan proyek tersebut dimaksudkan pula untuk mengatasi beberapa perselisihan terburuk dalam hubungan AS-Israel.

Kendati demikian, seperti dikutip Associated Press, Senin (15/3), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu justru menunjukkan sinyal berbeda. Ia mengibaratkan, bila konstruksi Yahudi di Jerusalem tidak jalan, maka Palestina terluka. Seorang juru bicara Kota Jerusalem pun mengusulkan pembangunan permukiman di sana terus berlanjut.

Pengumuman dari rencana membangun 1.600 permukiman untuk orang-orang Yahudi di Ramot Shlomo, mengemuka selama kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden pada pekan lalu. Washington khawatir proyek ini justru akan memalukan Israel dan pemerintahan Obama. Bahkan, bila proyek tetap berlanjut, AS khawatir bakal memicu kemarahan Palestina. Buntutnya, membahayakan perundingan damai tidak langsung yang akan ditengahi oleh utusan AS [baca: Washington Marah, PM Israel Minta Kabinet Tenang].

Tuntutan AS semakin jelas, yakni meminta Israel menghentikan pembangunan pemukiman. Para pejabat Amerika mengatakan mereka juga menekan Israel mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperoleh pembicaraan damai kembali ke jalur. Misalnya, melepaskan tawanan Palestina atau menambah wilayah di Tepi Barat yang masuk kontrol Palestina.

Pemerintah Washington jelas khawatir dan berang. Ini mengingat perundingan antara Israel dan Palestina akan mengupas semua masalah utama konflik. Termasuk, masalah perbatasan, status Jerusalem dan nasib pengungsi Palestina yang kehilangan rumah mereka selama perang 1948 yang diikuti berdirinya negara Israel.

Di lain pihak, Netanyahu mengklaim, pembangunan lingkungan orang-orang Yahudi tidak menyakiti orang-orang Arab dari timur Jerusalem dan tak merugikan mereka. Di hadapan parlemen, kemarin, Netanyahu telah meminta maaf atas persetujuan pembangunan proyek. Hanya saja, ia belum mengatakan apa pun soal pembatalan proyek tersebut.(RST/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.