Sukses

Pasca Pemboman, Kabul Dijaga Ketat

Pasukan keamanan Afghanistan kembali memperketat ibukota Afghanistan, setelah gedung parlemen diledakkan militan Taliban.

Liputan6.com, Kabul: Setelah dua warga Amerika Serikat tewas akibat bom pinggir jalan di Afghanistan Selatan pada Selasa (19/1) dan pemboman di gedung parlemen yang dilakukan militan Taliban, kini pasukan keamanan Afghanistan memperketat keamanan di ibukota, Kabul. Demikian dilansir Associated Press, Rabu (20/1).

Pasukan militer Afghanistan mengkatkan jumlah pos pemeriksaan dan patroli di setiap sudut Kabul di tengah kemarahan publik atas lemahnya keamanan yang membuat sekelompok kecil militan dapat melancarkan serangan. Presiden Hamid Karzai memerintahkan untuk memperketat keamanan di ibukota. Setiap kendaraan yang masuk, harus melewati pos keamanan dan petugas akan memeriksa identitas serta mobil yang dianggap mencurigakan.

Menurut para pengamat, serangan yang diluncurkan Taliban ini bukan wujud dari kekuatan Taliban, melainkan kurangnya disiplin aparat dalam menjaga keamanan negara. "Taliban hanya memiliki satu kemungkinan dan itu adalah untuk meledakkan diri mereka. Tapi sayangnya Taliban dapat menyusup ke Parlemen atau kota-kota besar lain untuk serangkaian serangan teroris karena keamanan yang lemah," kata Taj Mohammad Wardak, mantan menteri dalam negeri.

Di Atlanta, AS, Jenderal David Petraeus, yang mengawasi perang di Afghanistan dan Irak, mengatakan serangan menunjukkan "ketahanan dan memang tingkat
kecanggihan" di antara para militan "dalam melaksanakan serangan" terhadap target besar, yakni pemerintah. Kepala intelijen Afghanistan, Amrullah Saleh juga mengatakan, militan meningkatkan jumlah serangan bunuh diri di kawasan permukiman untuk menutupi kelemahan mereka dan untuk meruntuhkan citra lembaga-lembaga nasional.

Pemboman di gedung parlemen silam adalah serangan terbesar di Kabul sejak 28 Oktober 2009, saat tiga orang bersenjata dan rompi bunuh diri menyerbu sebuah rumah tamu yang digunakan staf PBB. Insiden itu menewaskan sedikitnya 11 orang termasuk lima pekerja PBB.(YUS)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.