Sukses

Susno Menangis karena Merasa Menjadi Ayah

"Karena jabatan, saya telah mengorbankan mereka (keluarga). Seorang ayah mana yang tak meneteskan air mata untuk anaknya," ucap Kabareskrim Mabes Polri Komjen Polisi Susno Duadji.

Liputan6.com, Jakarta: Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Markas Besar Polri Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji meneteskan air mata saat rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR, Kamis malam hingga Jumat dini hari pekan silam. Susno menangis karena merasa menjadi ayah. "Karena jabatan, saya telah mengorbankan mereka [keluarga]. Seorang ayah mana yang tak meneteskan air mata untuk anaknya," ungkap Susno dalam dialog di Liputan 6 Petang, Senin (9/11).

Susno mengaku sebelumnya tak pernah menangis sejak berkarier di kepolisian. "Saya tidak akan nangis dan belum pernah nangis sebagai seorang jenderal. Untuk perang pun saya tidak pernah nangis dan semenderita apa pun saya tidak pernah nangis," ujar mantan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat ini. Namun air matanya akhirnya jatuh juga karena keluarganya merasa malu sejak diduga menerima suap Rp 10 miliar [baca: Susno: Lillahi Taala Saya Tak Menerima Rp 10 M].

Lebih jauh, Susno mengaku tidak menerima uang Rp 10 miliar seperti yang diberitakan selama ini. "Sampai saat ini uang belum datang juga," kata dia. Susno menambahkan, kasus ini terlalu murah kalau hanya "dijual" Rp 10 miliar. "Terlalu kecil apalagi harus mengorbankan keluarga," ungkapnya. Sejak kasus ini, kata Susno, istrinya tidak berani keluar rumah dan anaknya keluar dari pekerjaan karena malu.

Adapun mengenai percakapan yang disadap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Susno mengaku tidak membuatnya balas dendam. Menurut Susno, Polri sudah berusaha untuk merespons keinginan masyarakat dengan tak mengikutkannya dalam penanganan kasus ini. "Ada tim sendiri, saya tak boleh campur tangan," ujarnya. Meski demikian, Susno tetap memperhatikan jalannya kasus yang menyedot perhatian publik ini.

Untuk kesekian kalinya Susno juga membantah ada rekayasa dalam kasus ini. "Tidak ada rekayasa sama sekali," katanya. Menurut Susno, kasus ini bermula dari laporan Direktur Utama PT Masaro Anggoro Widjojo ke polisi. Sebagai pelapor, Anggoro pun mutlak harus diperiksa. Namun permasalahannya Anggoro tak mau diperiksa di Indonesia karena takut ditangkap. Dia hanya mau diperiksa kalau tempatnya di Singapura.

Untuk menyakinkan Anggoro, Susno bersama tim penyidik berangkat ke Negeri Singa Putih. "Setelah bertemu, penyidik dan Anggoro yang menentukan tempat pemeriksaan, saya tidak mencampuri lagi, itu sudah urusan mereka," kata Susno seraya menambahkan, "Setelah itu saya langsung pulang." Menurut Susno Duadji, keterangan Anggoro yang merupakan kakak dari Anggodo Widjojo sangat penting untuk penyelesaian kasus ini.

Lelaki kelahiran 1 Juli 1954 di Pagaralam, Sumatra Selatan ini juga membantah ada pertemuan dengan Anggoro dengan dirinya di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura. Menurut Susno, pertemuan berlangsung di sebuah tempat tak jauh dari bandar udara di Singapura. "Waktu bertemu, dia (Anggoro) tidak mau di KBRI [Singapura]. Dia pinter juga, kalau langsung di KBRI nantinya takut dikurung di KBRI," ungkap Susno.

Menanggapi pengunduran dirinya, Susno mengaku bukan karena desakan publik. "Tidak perlu diminta mundur, saya sebagai seorang pejabat akan mundur supaya pemeriksaan, penegakan hukum tidak dicampuri," kata Susno yang kini sudah aktif lagi sebagai Kabareskrim Mabes Polri. Susno mengaku tidak peduli dengan karier. "Yang sangat saya perhatikan adalah penderitaan anak dan istri akibat tuduhan yang tidak mendasar ini," ungkap Susno.

Susno juga dengan senang hati kalau diperiksa terkait kasus Bank Century. "Siap sekali malah bagus sekali. Tetapi bawa dulu buktinya," kata Susno. Dia menambahkan selama ini percaya diri karena tak menerima uang. "Pengacara Lukas masih hidup, yang punya rekening masih hidup, pimpinan Bank Century masih hidup, LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) juga begitu. Tanya saja pada mereka jangan tanya Susno," kata Susno menutup pembicaraan. Simak selengkapnya dialog ini di video.(JUM/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini