Sukses

Film 'Mata Tertutup' untuk Membangun Karakter

Tak banyak film nasional yang bermutu. Maarif Institute dan Yayasan Sains Estetika Teknologi memproduksi film bertemakan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter anak bangsa. Film itu berjudul 'Mata Tertutup'.

Liputan6.com, Yogyakarta: Tak banyak film nasional yang bermutu. Maarif Institute dan Yayasan Sains Estetika Teknologi memproduksi film bertemakan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter anak bangsa. Film itu berjudul 'Mata Tertutup'.

"Melalui film yang disutradarai Garin Nugroho itu, kami berpamrih besar bagi terwujudnya karakter anak bangsa yang mampu memahami kehadiran dirinya sebagai manusia kritis dan kreatif di tengah warna-warni kebangsaan," kata pendiri Maarif Institute Ahmad Syafii Maarif di Yogyakarta, Kamis (18/8).

Menurut Ahmad Syafii Maarif kini ada masalah besar yang dihadapi bangsa ini di antaranya intoleransi yang tinggi, budaya kekerasan yang dominan, segregasi sosial di institusi pendidikan dan rendahnya sikap keterbukaan kalangan pelajar. Persoalan bangsa tersebut mengancam kemajemukan dalam kehidupan persaudaraan sehari-hari.

"Sebuah cerita yang barangkali bisa terjadi pada siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Sebuah cerita tentang pencarian, keyakinan, dan kehilangan," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini tentang film yang akan digarap.

Tentang film berjudul Mata Tertutup itu, sutradara Garin Nugroho mengungkapkan bahwa kisahnya nyata dari lembaran Indonesia yang memilukan sekarang ini. Isinya merupakan perpaduan antara ketidakharmonisan keluarga, kesulitan ekonomi, kefrustasian sosial politik, dan piciknya pandangan yang merupakan rumput kering siap terbakar setiap saat.

"Film yang berdurasi 90 menit tersebut akan menyajikan tiga karakter utama yang diwakili tiga tokoh, yakni Rima, Nanda, dan Ibu Asimah," katanya. Film ini akan mendorong pentingnya ruang dialog yang setara, terbuka dan kritis dalam setiap pencarian identitas anak bangsa. Dengan cara inilah, persoalan kehidupan bisa diupayakan untuk disiasati diselesaikan sebaik-baiknya dan menempatkan manusia sesuai dengan kodrat kemanusiannya. (ANT/Vin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.