Sukses

Tak Bayar 'Jatah', Nilai Nem Siswa SD Dikurangi

Seorang anak Sekolah Dasar, di kawasan Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Muhammad Aziz Rasyiid Abdul Malik harus menerima pengurangan nilai nem. Orangtua menduga kasus ini terjadi lantaran mereka tak memberikan uang jatah kepada oknum guru.

Liputan6.com, Jakarta: Setelah sebelumnya muncul kasus ibu Siami dengan melaporkan pencontekan masal di ujian nasional, kali ini kembali muncul kasus yang menimpa seorang anak Sekolah Dasar, di kawasan Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Muhammad Aziz  Rasyiid Abdul Malik harus menerima pengurangan nilai nem.

Pengurangan nilai tersebut dialami oleh putra pasangan Umar dan Susilowati Umar yang sebelumnya mendapat nilai nem 26.90 menjadi 19.50. Umar menduga kecurangan tersebut dilakukan oleh seorang oknum guru di sekolah putranya itu.

"Benar anak saya dirugikan dari nem 26.90 menjadi 19.50, oleh guru bernama 'CI'," ujar Umar kepada Liputan6.com,Jakarta, Kamis (7/7).

Menurut Umar, bukti pengurangan tersebut sudah jelas. Pada saat pengumuman 20 Juni lalu, nilai putranya 26.90. Namun akibat tak mau memenuhi pembayaran 'jatah', nilai nem putranya pun berkurang.

"Kan pada tanggal 20 Juni jam 8 diumumkan oleh guru CI bahwa anak saya dinilai 26.90. Ingat jangan lupa jatah saya. Tapi nggak dikasih. Dan tanggal 27 Juni, nilai berubah 19.50," tuturnya.

"Bukti-bukti lengkap kok, dari awal sampai kini sesuai alur," tandasnya.

Melihat ada kejanggalan, Umar pun melaporkan ke pihak sekolah hingga ke Dinas Pendidikan DKI, namun hasilnya tak memuaskan. Dia juga melaporkan Dirjen Pendidikan Sekolah Dasar, namun sampai saat ini masih dalam proses.

"Kami sudah ke Dinas DKI ketemu dengan ibu Septi Novida (Kabid Pendidikan Dasar DKI) dan Sujadiono (Kepala Seksie) juga kepala sekolah dan guru CI malah di suruh akui nilai 19.50. Tapi kami tidak terima, terus lapor ke Dirjen dan Direktu, ketemu langsung dan diterima dengan baik. Katanya lagi dipelajari dulu," kata Umar.

"Kata Direktur kewenangan ada di otonomi, tapi masih dilihat dulu. Jadi sebenarnya biang permasalahan di Pak CI," Imbuhnya.

Umar mengatakan, sebelum kasus ini dialaminya, guru yang diduga melakukan manipulasi nilai tersebut juga diduga telah melakukan manipulasi terhadap siswanya.

Akibat kasus ini, Umar mengaku putranya kini masih syok dan menunda untuk melanjutkan ke SMP. "Boro-boro bisa masuk di sekolah favorit. Anak saya saja masih syok juga kecewa dengan gurunya. Jadi belum kemana-mana, masih bingung karena nilai belum jelas. Sampai-sampai suruh adiknya pada pindah sekolah, jadi adiknya ada dua lagi di kelas 4 dan 2," imbuhnya.(MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini