Sukses

Tidak Mudah Bersikap Jujur

Jujur di negeri ini sebuah sikap yang langka. Sanksi berupa cacian pun menjadi risiko. Kondisi ini dirasakan betul Siami dan putranya bernama Alif, warga Gadel, Surabaya, Jatim.

Liputan6.com, Jakarta: Jujur di negeri ini sebuah sikap yang langka. Sanksi berupa cacian pun menjadi risiko yang harus ditanggung. Kondisi ini dirasakan betul Siami dan putranya bernama Alif, warga Gadel, Surabaya, Jawa Timur. Siami menerima cibiran warga setelah melaporkan kasus mencontek di Sekolah Dasar Gabel II Surabaya, beberapa waktu silam.

Laporan mencontek massal berdasarkan pengakuan Aam alias Alifah Ahmad Maulana (13), saat mengikuti ujian nasional (UN), Mei silam. Berdasarkan penuturan Alif, gurunya di sekolah memaksa sang bocah memberikan contekan kepada siswa lain.

Kasus ini pun tercium hingga direspons Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh. Setelah Mendiknas turun langsung, ternyata tak ditemukan mencontek massal hingga UN pun tak jadi diulang [baca: Ujian Nasional di SDN Gadel Tak Perlu Diulang].

Namun gara-gara persoalan ini para wali murid kelas 6 di SDN Gabel II marah. Tak ingin masalah bertambah panjang, Siami lalu meminta maaf di hadapan warga. Sikap Siami tak mendinginkan sikap warga. Hingga pada akhirnya Siami dan suaminya, Widodo mengungsi ke Gresik, Jatim.

Fenomena sosial yang sungguh miris. Di mana sebuah kejujuran justru dianggap ancaman bagi yang lain. Tapi perlahan kejujuran Siami menuai simpati. Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Syaifudin, Mohammad Nuh, hingga kalangan facebooker mendukung tindakan perempuan berkerudung itu.

Berbagai aktivis seperti ICW, LBH, Kontras yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Pendukung Kejujuran Ibu Siami pun menghadiri acara bertema "Jujur itu Hebat" di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, 16 Juni silam. Belakangan, warga Gadel pun menerima kembali Siami [baca: Warga Gadel Terima Keluarga Siami].

Ibu Siami tidak sendiri. Sebelumnya ada Waode Nurhayati. Ia membongkar mafia anggaran di Badan Anggaran DPR juga mendapat perlakuan yang sama. Waode tidak didukung, malah dilaporkan ke Badan Kehormatan DPR.

Kasus-kasus korupsi belakangan juga kian semrawut. Satu per satu malah berusaha kabur ke luar negeri. Entah benar karena sakit atau melarikan diri. Bahkan seorang hakim pun bisa disuap untuk melancarkan kasus. Kalau sudah begini tak tahu lagi siapa yang bisa dipercaya.(AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.