Sukses

Kelompok Minoritas Juga Punya Hak Hidup

Sikap intoleransi berujung aksi kekerasan yang ditunjukkan kelompok mayoritas terhadap minoritas, seperti kasus penyerangan atas jemaah Ahmadiyah tidak boleh terulang. Perbedaan pandangan sejatinya tak menghilangkan hak seseorang untuk hidup.

Liputan6.com, Jakarta: Profesor James W. Morris dari Boston College, Amerika Serikat, mengkritik sikap intoleransi berujung aksi kekerasan yang ditunjukkan kelompok mayoritas terhadap minoritas, seperti kasus penyerangan atas jemaah Ahmadiyah, awal Februari silam. Menurut dia, perbedaan pandangan sejatinya tidak menghilangkan hak seseorang untuk hidup.

Dalam seminar bertema "Internasional Antropologi Filsafat Transendental (Spiritual)", di Hotel The Sultan, Jakarta, belum lama ini, James menjelaskan negara modern seperti Indonesia memiliki undang-undang guna melindungi hak setiap warga negara untuk hidup. Karena itu, ia berpendapat, kelompok mayoritas janganlah memaksakan pemahaman agamanya, apalagi menyerang dengan kekerasan.

Terlebih, James menambahkan, Alquran secara jelas juga menyebutkan "tidak ada paksaan dalam beragama". Makna ayat suci itu menunjukkan tidak ada alasan kuat suatu kelompok guna merampas hak seseorang. Ia juga mengingatkan aksi kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah seperti halnya operasi militer yang dilakukan pemerintah Orde Baru di Nanggroe Aceh Darussalam selama 20 tahun lebih. Masalah perbedaan pemahaman agama harus disikapi secara arif, melalui dialog terbuka yang saling menghargai.

Direktur Islamic College Jakarta (ICAS), Profesor Dr. Seyyed Ahmad Fazeli berpendapat masalah toleransi sudah terjawab karena terkandung dalam ajaran Islam terkait aksi kekerasan yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Ia pun berharap seluruh pihak hendaknya menahan diri dan tidak memaksakan pemahaman agamanya satu sama lain. Terlebih, kelompok yang bertikai adalah sesama muslim.

Sementara, Seyyed Muhammad Saleh Universitas Islam Al Musthafa Internasional mengatakan kebenaran sejatinya hanya bisa diukur saat datang hari kiamat nanti, yakni dari Allah yang Maha Benar. Segala sesuatu yang dikerjakan seseorang memiliki hakikat kebenaran. Ditambahkannya, umat muslim pun harus bisa saling menasihati dalam kebenaran dan sabar, jika tidak ingin masuk ke dalam orang yang merugi.(ADI/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.