Sukses

Kisah Kaum Wanita Pemecah Batu

Demi uang Rp 1.500 per kaleng batu, para wanita pemecah batu harus berjalan belasan kilometer menembus hutan dan bukit untuk mencari batu di dasar sungai.

Liputan6.com, Pandeglang: Kemiskinan membuat sebagian kaum perempuan mulai ibu-ibu hingga anak sekolah di wilayah Pandeglang, Banten, menjadi pemecah batu. Demi uang Rp 1.500 per kaleng batu, mereka harus berjalan belasan kilometer menembus hutan dan bukit untuk mencari batu di dasar sungai.

Aktivitas perempuan pemecah batu dimulai menjelang siang. Sekelompok ibu-ibu warga Desa Sidamukti, Sumur, Pandeglang, mulai meninggalkan kampungnya. Bersama anak-anak gadisnya yang sebagian masih duduk di sekolah dasar, mereka berjalan menembus hutan dan bukit mencari sungai airnya surut.

Setelah menemukan sungai yang surut dan berbatu, para wanita perkasa ini mulai beraksi. Satu per satu batu kali berbagai ukuran mereka ambil dan dimasukan ke dalam suatu wadah. Setelah merasa cukup, batu-batu kemudian dibawa kembali ke kampung. Ada yang digendong ada pula yang dipikul.

Pekerjaan mereka belumlah tuntas. Batu-batu lalu dipukul hingga menjadi batu-batu yang kecil. Karena itulah mereka dijuluki wanita pemecah batu. Batu-batu itu nantinya akan dijual dengan harga 1.500 per kaleng. Biasanya batu-batu itu untuk keperluan pembangunan jalan.

Menjadi pemecah batu tak hanya dijalani wanita di Desa Sidamukti tetapi juga wanita lainnya di Kecamatan Cumur seperti Desa   Cigeulis, Cimanggu, dan Panimbang. Aktivitas memecah batu ini sudah berlangsung selama beberapa generasi karena ketiadaan sumber penghasilan lain yang lebih baik.(JUM)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini