Sukses

Warga Tuntut Penuntasan "Teroris" Dapur

Penderitaan dan keresahan yang dialami korban ledakan elpiji membuat sekelompok pemuda dan ibu rumah tangga turun ke jalan. Mereka menuntut penuntasan "teoris" dapur itu.

Liputan6.com, Jakarta: Tangkap "teroris" dapur! Itulah tuntutan sekelompok pemuda dan empat ibu rumah tangga di depan Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (23/7).

Kali ini, Densus 88 antiteror Mabes Polri dituntut untuk menangkap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab menyebarkan teror tabung gas ke dapur rakyat. Kemarahan pengunjuk rasa itu bukan tak beralasan.

Pihak yang dianggap bertanggung jawab, menurut mereka, yakni pemerintah dan Pertamina, bukannya segera menyelesaikan masalah justru saling menyalahkan. Selain itu, kata mereka, desakan melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas secara terburu-buru  menjadi penyebab maraknya ledakan elpiji.

Di tempat terpisah, mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla membantah tuduhan itu. "Konversi tidak terburu-buru, karena sudah dipertimbangkan dengan baik. Masalah ledakan itu ada pada quality control aja," jelasnya.

Tak pandang usia, teror ledakan gas elpiji telah menimbulkan banyak penderitaan. Ridho Januar, bocah korban ledakan elpiji, nekad datang ke istana negara untuk meminta perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono  [baca: Korban Ledakan Tabung Gas Dirawat di RSCM]

Selain Ridho, korban lain bernama Ardiansyah juga harus menanggung malu di sekolah, karena sulit berjalan serta bekas luka bakar di tangan dan wajah terlihat jelas [baca: Korban Ledakan Tabung Gas Belum Dibantu].

Seorang bayi Siti Nurhalimah, terpaksa lahir prematur dari rahim ibunya yang sedang meregang nyawa akibat terkena ledakan elpiji. Sedangkan bapak dan kakaknya tewas [baca: Bayi Sebulan Hidup Sebatang Kara].(IDS/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.