Liputan6.com, Pare-Pare: Hari Kusta Sedunia mengingatkan kita untuk memberikan dukungan dan berempati bagi para penderita kusta. Penyakit ini kadang dianggap kutukan dan penderitanya dijauhi masyarakat. Tidak terkecuali yang dialami Basri, warga Pare-Pare, Sulawesi Selatan, yang menderita kusta.
Penyakit kusta membuat jari-jari Basri tak utuh lagi. Meski begitu, keterampilannya membuat batu-bata tidak pernah berkurang. Ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari, apalagi setelah ia sembuh dari kusta. Satu bata dijual seharga Rp 250. Penghasilan Rp 50 ribu per pekan yang didapat dari berjualan bata tentu jauh dari kecukupan. Namun ia tetap bersyukur.
Warga yang berdomisili di permukiman penderita kusta di Kelurahan Bukit Harapan, Soreang, ini berusaha bangkit dari rasa malu yang dialaminya akibat cibiran kebanyakan orang normal. Harapan Basri, batu-bata karyanya bisa dipakai para kontraktor bangunan agar kelak impian kemakmuran bagi mantan penderita kusta yang termajinalkan dapat tercapai.(YNI/AYB)
Penyakit kusta membuat jari-jari Basri tak utuh lagi. Meski begitu, keterampilannya membuat batu-bata tidak pernah berkurang. Ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari, apalagi setelah ia sembuh dari kusta. Satu bata dijual seharga Rp 250. Penghasilan Rp 50 ribu per pekan yang didapat dari berjualan bata tentu jauh dari kecukupan. Namun ia tetap bersyukur.
Warga yang berdomisili di permukiman penderita kusta di Kelurahan Bukit Harapan, Soreang, ini berusaha bangkit dari rasa malu yang dialaminya akibat cibiran kebanyakan orang normal. Harapan Basri, batu-bata karyanya bisa dipakai para kontraktor bangunan agar kelak impian kemakmuran bagi mantan penderita kusta yang termajinalkan dapat tercapai.(YNI/AYB)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.