Sukses

Keris, Warisan Budaya Tak Ternilai

Para pecinta keris di Indonesia patut lega dan berbangga hati, sebab keris diakui dunia sebagai warisan atau pusaka budaya dunia oleh UNESCO. Tinggal kita sebagai generasi penerus melestarikan budaya luhur ini.

Liputan6.com, Yogyakarta: Keris adalah salah satu warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang patut dilestarikan. Dan berbicara keris tentu tak bisa dipisahkan dari keberadaan keraton atau kerajaan yang ada di Tanah Air. Keris di lingkungan keraton dianggap sebagai benda pusaka yang sakral sehingga hanya boleh digunakan pada saat tertentu.

Salah satu keluarga Keraton Yogyakarta yang hingga kini masih mengkoleksi keris warisan keraton adalah Kanjeng Raden Tumenggung Hastono Nagoro atau lebih akrab disapa Romo Pono. Menurut Romo Pono di Yogyakarta, baru-baru ini, keris-keris miliknya diperoleh langsung dari leluhurnya yaitu, Sri Sultan Hamengkubuwono VII.

Salah satu yang hingga kini masih terawat dengan baik adalah keris pusaka Kanjeng Kyai Morokoto. Selain itu ada pula keris lurus Pamor Beras Wutah dari zaman Pajajaran dan koleksi keris lainnya.

Bagi kerabat keraton memiliki keris adalah keharusan. Setidaknya, keris adalah kelengkapan pakaian saat menghadap sang raja. Namun saat ini benda pusaka dari keraton yang diwariskan secara turun-temurun itu sebagian sudah berpindah tangan ke luar lingkungan keraton. Ini terjadi karena biasanya si penerima warisan tak tertarik pada benda pusaka tersebut dengan berbagai alasan. Hingga kini tercatat ada puluhan keris keraton yang berada di luar keraton dari dikoleksi secara pribadi.

Di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, memang banyak komunitas pecinta keris. Salah satunya adalah Paguyuban Satriyatama di Magelang, Jawa Tengah. Dalam paguyuban ini, para pecinta keris bisa bertukar informasi mengenai dunia yang digeluti mereka. Menurut Ketua Paguyuban Satriayatama, Annas Sofya, anggota perkumpulannya kini mencapai ratusan dari berbagai daerah. Keris para anggota Paguyuban Satriayatama berasal dari peninggalan orangtua maupun nenek moyang mereka. Sebagian ada juga yang dibeli dari sesama pecinta keris.

Para pecinta keris di Indonesia juga patut lega dan berbangga hati. Sebab, keris kini sudah diakui dunia sebagai warisan atau pusaka budaya dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO). Keris diakui sebagai sebuah karya yang tidak saja indah wujudnya tapi juga memiliki makna filosofis tinggi tentang kehidupan manusia.

Salah satu sentra perajin keris di Indonesia adalah Desa Banyusurup, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, termasuk Djiwo Dihardjo atau Mbaj Djiwo sebagai perajin keris yang terkenal. Mbah Djiwo telah menggeluti pembuatan keris selama puluhan tahun. Dibantu sejumlah karyawan yang juga kerabatnya, Mbah djiwa tidak membuat keris. Tapi juga aksesoris keris seperti mendak atau cincin keris, pendok atau sarung keris, warangka atau ukiran, dan deder atau gagang keris.

Masing-masing karyawan Mbah Djiwa memiliki tugas dan keahlian tersendiri. Mbah Djiwa juga tak hanya membuat keris dari Jawa, tapi juga dari berbagai daerah. Di rumah joglo kediaman Mbah Djiwa juga tersimpan beberapa keris peninggalan leluhurnya. Terpampang juga keris berukuran raksasa yang disebut keris Dapur-Bimo-Kurdo.

Hasil karya Mbah Djiwo telah dipasarkan hingga ke luar negeri. Harga kerisnya pun mencapau jutaan rupiah per unit, tergantung tingkat kesulitan dan bahan yang digunakan.(ZAQ)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini