Sukses

Talasemia Bisa Jangkiti 5.000 Orang di Jabar

Penderita talasemia di Jabar sepuluh tahun mendatang diprediksi akan mencapai lima ribu jiwa dan biaya penanganan mencapai Rp 1,25 triliun per tahun. Ironisnya, konsentrasi pemerintah terfokus pada penanggulangan penyakit menular seperti HIV/AIDS dan penyebaran virus influensa.

Liputan6.com, Bandung: Penderita talasemia di Jawa Barat sepuluh tahun mendatang diprediksi akan mencapai lima ribu jiwa dan biaya penanganan mencapai Rp 1,25 triliun per tahun. Demikian Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) susi susanah seperti dilansir ANTARA, Rabu (28/10).

"Penyakit talasemia belum tersosialisasikan dengan baik di daerah itu, karena konsentrasi pemerintah terfokus pada penanggulangan penyakit menular seperti HIV/AIDS dan penyebaran virus influensa," kata Susi. "Harus ada kebijakan dan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk melakukan kampanye pendidikan ke masyarakat secara intensif."

Susi menambahkan, jumlah penderita talasemia diprediksi meningkat antara 3-10 persen di Jabar. Pada setiap kelahiran bayi di daerah itu, tambahnya, 23 persen di antaranya membawa sifat talasemia. "Dari kelahiran bayi di Jabar setiap tahun, yang terkena talasemia diperkirakan sebanyak 500 bayi," urainya.

Dijelaskannya, kalau sudah terkena talasemia biaya pengobatan yang harus dikeluarkan akan sangat mahal. Karena, katanya, semua penderita talasemia yang berat harus selalu melakukan tranfusi darah.

"Setiap tahunnya, para penderita talasemia diperkirakan harus merogoh kocek sekitar Rp 250 juta. Jadi, kalau ada lima ribu orang di Jabar yang menderita talasemia berat akan menghabiskan biaya pengobatan setiap tahun sekitar Rp 1,25 triliun," jelas Susi.

Penyakit talasemia tidak pandang bulu, baik kalangan maupun bawah. Ironisnya, kata Susi, pasien talasemia yang datang ke Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung hampir 90 persen merupakan pasien keluarga miskin. Sisanya, pasien Askes dan umum.

"Sisanya, pasien Askes dan umum. Sedangkan, dari kalangan mampu umumnya berobat di rumah sakit swasta dan tertutup. Hal itu menyebabkan angka pasti penderita talasemia di Jabar sulit diketahui," papar Susi.

Sementara itu, staf ahli Departemen Kesehatan Rachmi Untoro mengatakan, hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan talasemia secara utuh. "Indonesia masuk dalam negara yang berisiko tinggi talasemia. Setiap tahunnya, tiga ribu bayi yang lahir berpotensi terkena talasemia," katanya.(SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.