Sukses

Kontroversi Ekskul, Titik Tolak Perbaikan Film Indonesia

Kontroversi kemenangan film Ekskul sebagai Film Terbaik dalam ajang FFI 2006 bakal berbuntut panjang. Para sineas muda menuntut banyak permasalahan yang harus dibenahi untuk memperbaiki sistem perfilman Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta: Sejumlah sineas muda menyayangkan film Ekskul yang menyabet tiga piala Citra dalam ajang Festival Film Indonesia 2006. Sebanyak 30 Piala Citra yang mereka raih dalam ajang FFI sebelumnya dikumpulkan untuk diserahkan kembali ke Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. "Ini memang entry point kami dan bukan sekedar alat untuk masuk (membenahi sistem perfilman Indonesia)," kata Mira Lesmana dalam talkshow Bayu di Liputan 6 Pagi, Selasa (9/1).

Bagi para sineas muda, film garapan sutradara Nayato Fio Nuala tak layak menang. Sebab, mereka menilai film tersebut tidak orisinal dan melanggar hak cipta karena menggunakan ilustrasi musik dalam film Hollywood yaitu Gladiator dan Munich. Hal ini membuat para insan perfilman secara tegas menolak keputusan juri FFI 2006.

Kontroversi film Ekskul ini bermula dari kekecewaan para anggota Masyarakat Film Indonesia yang di antaranya Mira Lesmana, Riri Reza, Hanung Bramantyo dan Rudi Soejarwo. Penolakan mereka terhadap hasil keputusan juri FFI 2006 tersebut sudah bulat dan tak bisa ditawar-tawar lagi [baca: Puluhan Insan Film Mengembalikan Piala Citra].

Komunitas ini meminta Panitia FFI 2006 menyampaikan secara terbuka pertanggungjawaban atas penilaian dan penetapan Ekskul sebagai peraih Piala Citra. Para sineas muda ini menilai penyelenggaraan FFI oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tidak transparan. Baik dari sisi pelaksanaan maupun pendanaan.

Mereka juga mendesak penyelenggaraan FFI dihentikan sementara. Bila tuntutan ini tak dipenuhi, mereka mengancam memboikot FFI yang akan datang. "Buat kami ini adalah puncak dari sistem kebijakan perfilman Indonesia. Harus ada perubahan struktural dari sistem lembaga film," kata Riri.

Di pihak Indika, protes para sineas muda tersebut sangat disayangkan. Menurut produser film Ekskul, Shanker Ramchand, protes tersebut bisa menyakiti hati para sineas senior yang telah menjadi juri FFI tersebut. Sebab para juri itu telah merintis perfilman Indonesia sejak 30 tahun silam. "Para juri tersebut adalah orang yang berkompeten. Siapa yang bisa meragukan Rendra, Rima Melati, dan Remi Silado. Kok, orang film tidak kompak, " kata bos Indika itu.

Sementara itu, Mira Lesmana mengatakan penolakan kemenangan film Ekskul tersebut merupakan alat perjuangan untuk membenahi sistem perfilman Indonesia. Orisinalitas dalam musik film Ekskul tersebut adalah yang menjadi titik permasalahan para sineas muda Indonesia. "Karena tuntutan kami dalam pernyataan sikap cukup banyak," kata Mira kepada presenter SCTV Bayu Sutiyono.

Remi Silado yang menjadi juri FFI 2006 mengatakan tidak ada satu pun karya kesenian di dunia yang murni orisinil. "Artinya karya itu tak mungkin lahir mandiri tanpa pengaruh karya lain," kata Remi.

Dalam kancah FFI 2006, film Ekskul meraih tiga gelar Piala Citra, yakni dalam kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Penata Suara Terbaik. Sedangkan sang penata musik yang dinilai telah melanggar hak cipta hanya masuk nominasi. Lantaran itulah timbul pertanyaan, apakah kemenangan Ekskul dalam kompetisi bergengsi ini dapat dibatalkan. "Kalau itu betul melanggar hak cipta harus dibuktikan ke pengadilan dahulu. (Pembatalan) Itu bisa," ungkap Remi.

Protes Film Terbaik tahun ini juga mendapat dukungan penuh aktor dan sutradara senior Deddy Mizwar yang ikut menyerahkan dua Piala Citra miliknya. Di tempat berbeda, Deddy Mizwar mengatakan protes film Ekskul tersebut merupakan akumulasi dari kegelisahan sineas muda terhadap sistem perfilman Indonesia. "Mereka menghendaki perubahan sistem perfilman Indonesia yang sudah bukan zamannya lagi. Piala Citra itu bukan berhala," kata sutradara film Naga Bonar Jadi 2.

Kendati demikian, Mira secara tegas mengaku sangat menghormati Piala Citra dalam FFI. Di mata Mira, ajang festival film tersebut mempunyai sejarah besar dalam melahirkan tokoh perfilman Indonesia seperti Teguh Karya, Usmar Ismail dan Arifin C. Noer. "Buat kami hal inilah yang harus diperjuangkan dan kami tak bisa lagi menyimpan Piala Citra," tandas produser film Sherina yang juga mengembalikan Piala Citra.

Menurut Mira, proses hukum kontroversi ilustrasi musik Ekskul saat ini sudah dijalankan. Sebab, pihak Universial Group yang melindungi hak cipta musik Gladiotor dan Munich sudah mengajukan somasi kepada pihak Indika. "Ini sudah terbukti bahwa mereka sudah mengambil musik tersebut," ungkap istri aktor Mathias Muchus.(ZIZ)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini