Sukses

Bisnis Sampah Ternyata Menggiurkan

TPA Bantar Gebang Bekasi yang selalu menerima kiriman 6.000 ton sampah dari Jakarta ternyata menjanjikan fulus berlimpah. Pendapatan seorang bandar mencapai ratusan juta per bulan.

Liputan6.com, Jakarta: Siapa bilang sampah cuma sekadar barang kotor. Bisnis sampah ternyata menebarkan aroma wangi: fulus yang nilainya mencapai miliaran rupiah per hari. Tak yakin? Tengoklah aktivitas di Tempat Pembuangan Akhir Bantar Gebang Bekasi, Jawa Barat yang selalu menerima kiriman 6.000 ton sampah dari Jakarta.

Tumpukan sampah di Bantar Gebang selalu menjadi rebutan. Puluhan bahkan sampai ratusan pemulung langsung saling adu cepat setiap kali truk sampah menurunkan muatan, seperti yang disaksikan SCTV, baru-baru ini. Mereka seperti sudah melupakan kejadian yang beberapa hari silam merenggut nyawa tiga pemulung akibat tertimbun longsoran sampah [baca: Tiga Pemulung Tewas Tertimbun Longsoran Sampah].

Mereka memang harus cepat bergerak. Sono Santoso mengatakan, siapa cepat dia dapat. Bahkan lelaki yang sudah dua tahun memulung ini mengaku, berani naik ke truk sampah agar mendapat barang bekas yang diinginkannya.

Tak banyak yang tahu kalau sesungguhnya bisnis sampah sangat menggiurkan. Tak ada yang menyangka pula kalau perputaran uang yang dihasilkan dari TPA Bantar Gebang bisa mencapai Rp 3 miliar per hari. Bahkan Direktur Pusat Industri Daur Ulang Sampah Bagong Suyoto mengakui peluang bisnis sampah memang sangat besar.

Bisnis sampah dimulai dari pemulung yang kemudian menjual ke lapak atau pengumpul. Masing-masing pengepul punya barang kekhususan, ada lapak kertas, beling, plastik, dan kayu. Pengumpul membersihkan dan menjual ke bandar yang selanjutnya melego ke pabrik daur ulang. Khusus beling dan plastik biasanya sudah digiling lebih dulu.

Andi, pengumpul beling, mengaku tiap bulan bisa mengumpulkan dua sampai tiga ton beling dari pemulung untuk dijual ke bandar. Sementara Mesdi yang memfokuskan di bidang pencucian plastik kresek mengatakan, biasa membeli sekitar satu ton plastik dari pemulung seharga Rp 1.000 per kilogram. Setelah dicuci dan dikeringkan plastik dijual ke bandar seharga Rp 2.100 sampai Rp 2.200 per kg.

Pemulung memang berada di garda depan dalam mata rantai bisnis sampah, namun mereka justru mendapatkan rupiah paling sedikit dengan risiko paling tinggi. Sebaliknya, bandar seperti Dedi adalah penikmat manisnya sampah paling besar. Informasi yang dikumpulkan SCTV, pendapatan seorang bandar bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan.(ICH/Leanika Tanjung dan Dwi Ningdyas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini