Sukses

&quotPenunggu" Tank di Garis Belakang

Serka Abdul Majid piawai memperbaiki berbagai jenis tank yang rusak. Anggota Batalyon Kavaleri I Kostrad ini kerap meninggalkan keluarga demi memenuhi tugas negara di daerah konflik.

Liputan6.com, Biereun: Seorang prajurit TNI tak selalu bertempur di garis depan. Sersan Kepala Abdul Majid, misalnya. Personel Satuan Tugas Batalyon Kavaleri I Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) ini bertugas sebagai montir berbagai jenis kendaraan lapis baja. Di saat rekan-rekannya bertempur menumpas kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka, Majid justru sibuk mengutak-atik sejumlah tank yang rusak.

Beragam jenis tank bisa diperbaiki tentara berusia 41 tahun itu. Mulai dari tank ambulan, tank angkutan personel hingga tank tempur Scorpion. "Saya puas bila setelah diperbaiki, tank dipergunakan oleh pasukan," ucap Majid kepada SCTV, baru-baru ini, seusai memperbaiki sebuah tank di Kabupaten Biereun, Nanggroe aceh Darussalam.

Majid membuka bengkel di Pos Komando Taktis (Pos Kotis) Satuan Tugas Batalyon Kavaleri I Kostrad, kawasan Cot Badu, Biereun. Semula, Pos Kotis ini hanyalah gudang milik PT Perusahaan Listrik Negara setempat. Namun setelah Operasi Pemulihan Keamanan dan Darurat Militer diberlakukan di Tanah Rencong, gudang itu dijadikan Pos Kotis sekaligus barak Satgas Yonkav I Kostrad. Setiap pagi, Majid sibuk memperbaiki sejumlah tank di halaman belakang Pos Kotis. Ayah tiga putra ini juga menjadikan sebuah gubuk sebagai kantor daruratnya.

Begitu sebuah tank rusak masuk, Majid dengan sigap turun tangan. Dengan telaten, Majid memeriksa seluruh bagian tank. Ia pun tak segan-segan masuk ke kolong kendaraan lapis baja untuk memastikan sumber kerusakan. Perbaikan di areal bengkel alam ini, boleh jadi, terlihat begitu ringan bagi seorang montir dari kalangan tentara. Namun, dalam keadaan darurat, ia harus menuju lokasi lain. Terutama bila ada tank yang mogok di tengah hutan atau lokasi rawan lainnya. Dan, Majid harus menyingkirkan rasa takut ketika berhadapan dengan kondisi seperti itu [baca: Merawat Tank di Waktu Senggang].

Keahlian yang dimiliki Majid memang tergolong istimewa. Padahal, sebelum masuk TNI, Majid hanyalah lulusan Sekolah Teknik Menengah jurusan Arus Kuat. Ijazahnya jelas tak terkait dengan keahliannya sekarang. Sedangkan dia bergabung dengan TNI sejak tahun 1984. Pangkat pertamanya adalah prajurit dua.

Di luar tugas, Majid menghabiskan waktu senggang dengan memelihara beberapa ekor ayam dan burung. Bagi Majid, binatang peliharaan itu cukup menghibur. Terutama mengobati kerinduan terhadap keluarga yang ditinggalkan selama bertugas di daerah konflik. Hampir empat bulan lamanya, Majid meninggalkan istri dan tiga putranya. Selain di Aceh, Majid juga pernah bertugas di sejumlah daerah konflik di Tanah Air. Berarti, Majid sudah terbiasa memendam rindu terhadap keluarganya. Ini demi tugas dan pengabdian terhadap negara. "Jauh dari keluarga, otomatis kangenlah," kata Majid.

Sebagai prajurit Kostrad, Majid terbilang telah menorehkan prestasi dan pengabdian yang tak kecil. Ia tak merasa kecil hati meski harus bertempur di garis belakang. Majid juga bersyukur dengan pilihannya menjadi prajurit kavaleri dan keahlian khususnya itu. Namun, sebagai manusia biasa, ia sangat berharap ada perbaikan hidup atau kesejahteraan. Ini sebagai bentuk penghargaan atas prestasi dan pengabdiannya selama hampir 20 tahun.

Harapan Majid akan penghargaan dan peningkatan materi itu memang wajar. Impian itu juga menghinggapi seluruh prajurit TNI yang membela keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.(ANS/Syaiful Halim dan Eko Purwanto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.