Sukses

Bedah Saraf dengan Teknologi Endoskopi

Pembedahan dengan teknik endoskopi masih tergolong mahal, yakni sekitar Rp 15 juta. Sedang untuk pembedahan dengan cara konvensional, biaya yang diperlukan hanya Rp 5 juta.

Liputan6.com, Jakarta: Teknologi endoskopi selama ini baru digunakan sebatas untuk mendeteksi penyakit dalam tubuh pasien. Namun dengan adanya perkembangan teknologi, alat ini juga dapat dimanfaatkan untuk menangani kasus-kasus kelainan saraf, termasuk untuk bedah saraf. Demikian penjelasan ahli bedah saraf Lukas Budiono Atmadji, Kamis (21/8), di Jakarta.

Menurut Lukas, kasus hydrocephalus atau kelebihan getah bening pada otak dan tumor adalah contoh kasus kelainan saraf yang banyak dijumpai di Indonesia. Saat ini ada sekitar 500 ribu penderita kasus-kasus kelainan saraf semacam ini.

Lukas menceritakan, dulu operasi terhadap pasien dengan kasus kelainan saraf hanya dapat dilakukan dengan cara pembedahan konvensional, yakni penyayatan. Selain meninggalkan luka bedah, teknik ini juga menimbulkan trauma pascabedah. Ini membuat masa perawatan menjadi lebih lama.

Tapi di negara maju, kata Lukas, pasien dengan kasus kelainan saraf serta bedah saraf umumnya sudah ditangani dengan teknologi endoskopi. Teknologi ini bertumpu pada sebuah kamera mini yang ujungnya dilengkapi dengan teleskop. Selain berfungsi sebagai mata, alat ini juga dapat digunakan untuk membersihkan kapur, getah bening, maupun tumor di sejumlah bagian tubuh.

Pemanfaatan teknologi endoskopi untuk pasien kelainan saraf kemarin diperkenalkan dua ahli bedah asal Korea Selatan, Woo-Kyung Kim dan Chan-Jong Yoo di sebuah rumah sakit di Jakarta. Seorang pasien dengan kasus tumor di bagian tengah otak menjalani operasi dengan teknologi endoskopi melalui lubang hidung dan tulang sphenoid.

Operasi ini dimulai dengan memasukkan batang teleskop ke dalam lubang hidung pasien. Proses ini dilakukan secara perlahan hingga mencapai tulang sphenoid. Namun ada kendala dalam metode ini, yakni pendarahan sehingga dokter harus berkali-kali mengeluarkan alat ini untuk membersihkan darah dengan sebuah alat yang disebut counter. Alat ini menyerap tetesan darah dan sekaligus mengeringkannya.

Setelah proses melintasi tulang sphenoid, alat endoskopi akhirnya menjangkau sumber penyakit, yakni tumor hipofisel di bagian pituari--bagian tengah otak. Dengan sebuah penjepit dan sendok pengerik, cairan penyakit itu juga bisa dibersihkan. Secara teknis, lubang yang dilintasi alat endosokopi lebih kecil dibanding luka yang ditimbulkan dalam pembedahan konvesional. Trauma pascapembedahan juga relatif lebih singkat.

Namun dari sisi biaya, pembedahan dengan teknik endoskopi masih tergolong mahal, yakni sekitar Rp 15 juta. Sedang untuk pembedahan dengan cara konvensional biaya yang diperlukan hanya Rp 5 juta. Padahal, hasil yang dicapai, menurut para ahli bedah saraf, tak terlalu jauh berbeda. Meski begitu, perkembangan teknologi endoskopi menjadi terobosan tersendiri.(ULF/Syaiful Halim dan Anto Susanto)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini