Sukses

Kemerdekaan di Mata Sopir Taksi

Belasan ribu sopir taksi mengadu untung di Ibu Kota. Namun nasib baik kerap tak berpihak kepada mereka. Kehidupan para sopir taksi tetap saja memprihatinkan di alam kemerdekaan ini.

Liputan6.com, Jakarta: Indonesia memang telah merdeka sejak 58 tahun yang lampau. Kendati demikian, kemerdekaan mempunyai makna tersendiri bagi kalangan pengemudi taksi. Ternyata, sebagian pekerja sektor jasa itu masih kesulitan dalam memperoleh rezeki. Gambaran buram itu diungkapkan seorang sopir taksi bernama Bintang Tirtana di Jakarta, baru-baru ini.

Keluhan Bintang memang sering terdengar. Bayangkan, meski dianggap teladan di lingkungan perusahaannya, kehidupan Bintang dan keluarganya tergolong biasa. Bersama istri dan putranya, Bintang menempati sebuah rumah kontrakan sederhana di kawasan Kalideres, Jakarta Barat. Rumah tersebut seakan memberikan gambaran sosok penghuninya.

Selama tiga tahun terakhir, Bintang harus menafkahi keluarganya dengan menjadi pengemudi taksi di sebuah perusahaan taksi ternama. Setiap pagi, dia meninggalkan rumah untuk memulai aktivitasnya sebagai sopir taksi. Dia pergi ke sebuah pul taksi di kawasan Daan Mogot, Jakbar. Ketika surat izin operasional telah didapat, Bintang pun memulai kegiatan rutinnya. Dari menguji kendaraan roda empat yang dikemudikannya, hingga meninggalkan pul.

Di jalanan, nasib Bintang tak hanya bergantung dari ketangkasan mengemudi. Keramahan dan tutur kata yang santun juga menjadi modal saat melayani para penumpang. Memang, tak ada yang dapat memastikan alur kehidupan seseorang. Ungkapan itu juga dirasakan laki-laki berusia 28 tahun ini. Setamat sekolah menengah atas pada tahun 1990-an, Bintang tak langsung mendapat kesempatan untuk kuliah atau bekerja di tempat yang didambakan.

Meski cita-cita tak tercapai, Bintang tak patah semangat dalam menjalani kehidupan. Tak sia-sia, Bintang akhirnya mendapat pekerjaan sebagai sopir taksi sekitar tiga tahun silam. Kini, ia menjalani profesi tersebut dengan apa adanya.

Namun, kekhawatiran saat berada di jalanan menjadi hal yang terkadang tak bisa dikalahkan. Mulai dari terjebak kemacetan di berbagai ruas jalan, hingga kawanan penodong atau perampok yang mengancam keselamatan dirinya. Semua risiko itu harus dihadapi oleh Bintang.

Nasib Bintang mungkin mewakili sekitar 15 ribu pengemudi taksi lainnya yang tersebar di berbagai perusahaan taksi di Jakarta. Mereka harus menikmati masa kemerdekaan dengan suasana hati yang masih memprihatinkan. Kemerdekaan buat mereka adalah kemudahan dalam mencari nafkah. Termasuk, tentunya, peluang mendapat penghargaan karena telah menjalani profesi yang mulia tersebut.(ANS/Syaiful Halim dan Agus Ginanjar)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini