Sukses

Liukan Penari Dombret di Pesisir Utara Jabar

Gadis-gadis itu menari bersama para nelayan-nelayan di pesisir utara, Jawa Barat, hampir sepanjang malam. Membantu para lelaki melepas lelah dengan upah sekitar Rp 2.000 per 10 menit.

Liputan6.com, Cirebon: Boleh jadi malam tak lagi terasa dingin bagi nelayan-nelayan di pesisir pantai utara Jawa Barat. Ada gadis-gadis belia yang menemani mereka dengan setia, bahkan bersedia melantunkan tembang-tembang menyentuh kalbu. Dan yang paling bikin asyik buat nelayan, tentu saja sesi berjoget bersama para gadis. Serr... Serr... Serr... Goyang dombret diayak terus, terkadang sampai pagi. Goyangan ini dapat disaksikan di sebuah kampung di Cirebon, Jabar.

Baru-baru ini SCTV menjambangi desa itu. Di sana, sebuah keluarga yang dikepalai Dharma membentuk kelompok seni dombret. Anggotanya antara lain beberapa pemuda pemain musik, penyanyi, serta dua penari yang didatangkan Dharma dari sebuah desa kecil di Tasikmalaya. Namanya, Ami dan Dawi.

Sepertinya tak ada pilihan lain bagi kedua dara berumur belasan tahun ini selain menari dombret, meski banyak orang memandang rendah. Alasannya cuma satu, demi sesuap nasi. "Masa jajan minta uang sama orang tua terus. Kan sudah gede," ujar Ami mencoba berpikir dewasa. Padahal dengan usia semuda itu, seharusnya dia masih dilindungi orangtua. Dewi juga demikian. Remaja putri ini meninggalkan kampung halaman karena orangtuanya miskin. "Nggak pernah kepikir sih kerja begini. Tapi Bapak saya cuma petani," ujar dia.

Demi beberapa lembar rupiah itulah mereka berlelah-lelah bekerja setiap malam, dimulai pukul 20.00 WIB di sebuah ruangan sederhana di rumah Darma dengan penerangan listrik 100 watt. Merias diri dengan bedak, gincu, dan wewangian yang disediakan Dharma dilakukan mereka sebelum mentas. Lantas, mereka menemani lelaki yang kelelahan usai mencari ikan di laut. Makin hot goyangan mereka, makin lama para pelanggan minta diajak berdansa. Sejatinya pula saweran kian banyak. Yakni Rp 2.000 per 10 menit. Bayangkan saja jika mereka bekerja sampai pagi, mereka rata-rata bisa menjaring duit Rp 100 ribu-an. Namun, uang itu harus dipotong 40 persen untuk Dharma. Karena pimpinan kelompok itu telah menggratiskan tempat tinggalnya meski sederhana plus makanan.

Kata dombret sendiri sebenarnya tak bermakna apa-apa. Bukan seperti ronggeng yang bahkan sudah tercantum resmi di dalam kamus bahasa Indonesia. Kata dombret hadir dari mulut ke mulut karena enak disebut. Dan semakin terkenal sejak seorang musisi dangdut bernama Ukat S. menciptakan lagu berjudul "Goyang Dombret" yang lantas dinyanyikan pertama kali oleh biduanita Ikka Bella pada 2000. Selain Cirebon, goyangan ini juga akrab di kalangan nelayan Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu.(MTA/Saiful Halim dan Satya Pandia)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini