Sukses

Jejak Megalitik Gunung Padang

Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, kembali menjadi perbincangan para arkeolog dan sejarawan. Temuan adanya ruangan di bawah tumpukan batu yang disusun semakin menguatkan dugaan bangunan ini situs megalitik paling tua dibandingkan Piramida di Mesir.

Liputan6.com, Cianjur: Situs megalitik terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Cianjur, Jawa Barat, bukanlah berita baru bagi kaum arkeolog dan geolog.

Buletin Dinas Kepurbakalaan masa kolonial pernah mengungkap keberadaan situs Gunung Padang pada tahun 1914. Empat tahun pascakemerdekaan Indonesia, sejarawan Belanda NJ Krom juga sempat memaparkan areal bersejarah ini. Namun, ketika itu tak ada kehebohan yang mencuat.

Bahkan fenomena Gunung Padang sempat terlupakan dan baru mendapat perhatian serius setelah Pusat Arkeologi Nasional mengkaji tumpukan batu-batu persegi besar ini pada awal 1980 an.

Setelah sekian lama berlalu, Gunung Padang kembali menjadi pembicaraan satu bulan terakhir. Tak cuma di kalangan peneliti, tapi juga menjadi polemik di masyarakat.

Penelitian yang dipimpin arkeolog Ali Akbar mencoba melacak lebih jauh status Gunung Padang. Upaya ini sebagai langkah ilmiah mengingat debat kusir yang meruyak berkembang ke segala topik.

Ada yang menganggap Gunung Padang adalah wujud peninggalan kebudayaan pra sejarah. Bahkan, bangunan ini dianggap sebagai piramida yang usianya lebih tua ketimbang Piramida Firaun di Mesir. Konon, ada yang menganggap Gunung Padang sekadar situs pemujaan terkait petilasan Prabu Siliwangi pada masa keemasan Kerajaan Padjajaran.

Keunikan situs Gunung Padang adalah adanya barisan batu berdiri yang mengarah ke Gunung Gede, gunung tertinggi di Jawa Barat. Bagi masyarakat Sunda kuno, Gede adalah gunung keramat sebagai kiblat pemujaan.

Sesungguhnya cerita tentang Gunung Padang tak bisa dilepaskan dari wacana paparan Sunda yang menjadi bahasan dunia.

Dongeng Plato tentang Negeri Atlantis ditambah uraian penulis Brasil Arysio Santos yang menyebut Indonesia sebagai surga yang hilang membuat sejumlah pegunungan di Jawa Barat kembali menjadi pusat perhatian. Santos dikenal lewat bukunya berjudul "Atlantis: The Lost Continent Finally Found".

Gunung Sadahurip yang berada di Kabupaten garut juga menjadi pembicaraan hangat. Gunung yang terletak sekitar lima jam perjalanan darat dari Gunung Padang ini diduga sebagai bangunan piramida yang terkubur. Sama seperti Gunung Padang, Sadahurip dianggap sebagai piramida raksasa yang usianya lebih tua dari piramida Giza di Mesir.

Tentu saja, anggapan ini ibarat memantik api perdebatan di kalangan arkeolog dan geolog yang selama ini menganggap Sadahurip dan Gunung Padang adalah bagian jagad raya yang terbentuk alamiah.

Polemik Gunung Padang mencuat lebih dahsyat menyusul hasil penelitian geologi mengindikasikan adanya ruang terpendam di bawah hamparan bebatuan. Lorong yang diyakini sama persis dengan leliku ruang piramida.

Dari struktur Gunung Padang sebetulnya tak cuma terdiri dari lima teras bangunan utama. Penelitian lanjutan mengungkapkan pada setiap sisi gunung terdapat bebatuan bersusun terasering. Sebuah bentuk yang mencerminkan kearifan manusia masa lampau dalam menyiasati kelabilan tanah perbukitan.

Tak cuma satu atau dua pondasi, belasan pondasi ditemukan memperkuat bangunan atas. Jika ditambah dengan temuan teranyar luas bangunan cagar budaya ini bisa mencapai puluhan hektare. Karena itu, Gunung Padang dianggap gunung keramat yang memiliki bangunan sakral tempat pemujaan terhadap ruh nenek moyang. Hal ini diyakini sebagian warga yang menetap di sekitar gunung.

Tak jauh dari Gunung Padang, Gunung Gede yang dianggap pusat kekuatan magis juga menyimpan cerita tersendiri. Warga meyakini di gunung inilah Prabu Siliwangi dan pasukannya mengalami moksa hilang entah kemana meninggalkan dunia fana.

Aktivitas religi di puncak Gunung Padang yang tingginya sekitar 900 meter di atas permukaan laut ini semakin sering digelar selama setahun terakhir. Tak sedikit pengunjung yang melakukan upacara ritual di sana. Isu piramida yang tengah berembus kencang sedikit banyak mempengaruhi. Meski tak sampai menggoyahkan keyakinan mereka, gunung ini adalah bagian dari peradaban Sunda kuno yang tinggi.

Sebagian warga juga mempercayai gunung ini memiliki aura kuat agar doa terkabul. Tak ayal, teras kelima dan terkecil pada bagian Gunung Gede dianggap sebagai tempat paling suci. Mereka pun kerap memasang kemenyan sebagai bagian dari upacara ritual.

Tak cuma urusan spiritualitas, situs megalitik Gunung Padang ibarat rumah musik masyarakat masa silam. Ada sejumlah batu yang jika dipukul akan mengeluarkan bunyi tangga nada.

Sejumlah warga juga menggelar ritual ketika embun mulai membasahi daun. Bagi yang percaya kekuatan spiritual lebih kental pada malam hari menyisakan begitu banyak cerita tentang sebuah gunung. Tentang masa lampau yang memiliki banyak dimensi sejarah dan peradaban.(ADI/ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini