Sukses

Mutohar, Perintis Energi Alternatif dari Singosaren

Berkat kegigihannya, seorang petani di Bantul, Yogyakarta, berhasil menciptakan kincir air yang mampu menerangi jalan-jalan di desanya. Inilah Mutohar, salah satu kandidat peraih Liputan6 Awards 2012.

Liputan6.com, Bantul: Listrik, energi yang semakin lama kian mahal. Menciptakan pembangkit listrik dari sumber daya air bukan hal yang mudah. Namun, berkat kegigihannya, seorang petani di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum lama ini berhasil menciptakan kincir air yang mampu menerangi jalan-jalan di desanya.

Ada sungai kecil membelah Dusun Singosaren, Bantul. Nah, air yang mengalir di anak Sungai Opak inilah yang dimanfaatkan warga, termasuk Mutohar.

Mutohar adalah pribadi yang tidak bisa diam. Hari-harinya selalu diisi dengan berpikir dan beraktivitas. Waktunya dihabiskan untuk menghasilkan ide-ide baru yang berguna. Sungai kecil di tengah Dusun Singosaren ini tak luput dari perhatiannya. Menurut Mutohar, sungguh sayang jika air mengalir ini tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Pada 2007, Mutohar bersama warga dusun bergotong royong, membuat kincir air sederhana yang bisa menghasilkan listrik. Berbagai perkakas bekas dikumpulkan dari warga dusun untuk digunakan sebagai bahan dasar kincir air. Tak hanya itu, warga juga mengumpulkan uang sebagai modal awal pembuatan kincir yang berkisar Rp 20 juta.

Meski tidak ada insinyur di antara warga dusun, kincir air mampu diciptakan dalam waktu tiga bulan. Kerja mandiri warga Dusun Singosaren dituntun oleh logika, tanpa teori-teori khusus. Berbagai percobaan struktur kincir, posisi kincir, dan debit air dilakukan untuk menghasilkan arus listrik.

Beberapa kali percobaan gagal menghasilkan listrik. Tapi, semangat warga tak surut. Akhirnya kincir air bisa menghasilkan energi listrik.

Awalnya, daya listrik yang dihasilkan hanya 10 watt. Perlahan tapi pasti, Mutohar dan warga Dusun Singosaren tanpa lelah menyempurnakan kincir, hingga menghasilkan energi listrik sebesar 1.700 watt.

Warga Dusun Singosaren pun sepakat untuk memanfaatkan listrik yang dihasilkan demi kepentingan umum. Listrik dari kincir air tidak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, melainkan untuk penerangan jalan.

Walaupun dusun tersebut telah dialiri listrik dari Perusahaan Listrik Negara, penerangan jalan dusun masih kurang. Nah, berkat listrik dari kincir air, enam puluh titik lampu menerangi sepanjang jalan desa. Terkadang, warga juga memanfaatkan energi listrik kincir air untuk menyalakan televisi di pos ronda.

Tak puas sampai di situ, inovasi dan perbaikan terus dilakukan. Dengan bantuan mahasiswa dan kalangan universitas yang berkunjung ke Dusun Singosaren, warga memodifikasi kincir air yang awalnya memliki 16 sudu, kini memiliki 20 sudu. Bahan dasar kincir juga bukan lagi berasal dari perkakas bekas, melainkan pelat dan rangka besi.

Kincir air secara mekanik juga bisa dimanfaatkan sebagai alat pemarut kelapa. Mesin pemarut kelapa ini dimanfaatkan warga untuk kebutuhan memasak sehari-hari.

Berkat ide sederhana Mutohar, warga desa kini memperoleh penerangan jalan secara mandiri.

Mutohar, petani sederhana dengan karya istimewa. Di tengah ancaman krisis energi dan kenaikan harga listrik, kincir airnya menjadi penghasil energi alternatif dari sumber daya alam yang tidak terbatas. Energi listrik hidromikro dari Dusun Singosaren juga merupakan energi yang ramah lingkungan.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini