Sukses

BMKG: 25 Gempa Susulan Guncang Aceh

Stasiun Geofisika BMKG Kepahiang, Bengkulu, mencatat sebanyak 25 gempa susulan telah melanda Aceh, pascagempa berkekuatan 8,5 pada skala Richter yang menguncang Simeulue pada Rabu (11/4).

Liputan6.com, Bengkulu: Stasiun Geofisika BMKG Kepahiang, Bengkulu, mencatat sebanyak 25 gempa susulan telah melanda Aceh, pascagempa berkekuatan 8,5 pada skala Richter yang menguncang Simeulue pada Rabu (11/4).

"Sampai saat ini tercatat 25 gempa susulan berkekuatan di atas 5 pada skala Richter," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kepahaing, Bengkulu, Dadang Permana, Kamis (12/4).

Gempa susulan terbesar kata dia terjadi pada pukul 17.45 WIB atau dua jam setelah gempa pertama dengan kekuatan 8,3 SR yang juga berpotensi menimbulkan tsunami.

Ia mengatakan gempa besar yang mengguncang Simeulue tersebut dikhawatirkan akan memicu munculnya gempa lain yang diakibatkan gesekan lempeng Indoaustralia yang terdapat di sepanjang perairan Barat Sumatera.

Masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir Pantai Barat perlu waspada terhadap kemungkinan munculnya gempa lain yang diakibatkan gesekan lempeng Indoaustralia.

"Untuk itu masyarakat yang bermukim di sepanjang pesisir Barat Sumatera, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung tetap harus waspada," kata dia.

Demikian juga masyarakat yang bermukim di kepulauan di pantai Barat Sumatera seperti Simeulue, Nias, Mentawai, dan Enggano di wilayah Provinsi Bengkulu.

"Sangat berpotensi memicu munculnya gempa lain di jalur yang sama yakni lempeng Indoaustralia yang memanjang di perairan Barat Sumatera," katanya.

Besarnya kekuatan gempa Aceh membuat sejumlah wilayah di Sumatera bagian Barat, termasuk Kota Bengkulu dan sekitarnya mendapat peringatan tsunami.

Untuk mendorong kewaspadaan warga, BMKG pusat membunyikan dua sirene peringatan dini tsunami yang terdapat di dua lokasi di Kota Bengkulu.

Sirene tersebut terdapat di lokasi wisata Pantai Panjang dan satu sirene lainnya terdapat di kompleks Kantor Gubernur Bengkulu yang hanya berjarak 200 meter dari pantai.

Sementara menara pemantau tsunami yang baru dibangun pemerintah Provinsi Bengkulu di Kelurahan Malabero sama sekali belum difungsikan untuk memantau ketinggian gelombang.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Damin mengatakan anggota Satgas sudah memantau kondisi air laut untuk melihat kemungkinan terjadinya tsunami.

"Karena kondisinya malam, jarak pandang juga tidak mendukung, tapi anggota tim sudah memantau langsung ke pantai apakah air laut surut atau mengalami kenaikan," katanya.

Selain itu kata dia, warga sudah diimbau agar waspada dan tidak panik menghadapi kemungkinan tsunami dan dua sirene peringatan dini tsunami di dua lokasi sudah dibunyikan oleh BMKG.(ANT/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini