Sukses

Kisah Ibu-Anak Jadi Budak, Diperkosa dan Disiksa

Sangat keji!! Seorang ibu dan putrinya yang berasal dari Mauritania dijadikan budak sejak lahir. Yang mengejutkan lagi, keduanya bahkan kerap dipukuli dan diperkosa.

Liputan6.com, Nouakchott: Malang benar nasib ibu asal Mauritania, negeri di barat laut Afrika, dan putri remajanya ini. Sang ibu bernama Moulkheir Mint Yarba (40) dan putrinya Selek'ha (18) sejak lahir sudah dijadikan budak. Tak hanya jadi budak saja, mereka juga mendapatkan perlakuan kasar, disiksa, dan juga diperkosa berulang kali oleh majikannya.

Pada suatu kesempatan mereka sempat 'terselamatkan' dengan ganti majikan, mantan anggota militer Mauritania. Namun dalam perkembangan selanjutnya, ternyata perlakuan sang majikan tidak lebih baik dari yang terdahulu. Bahkan lebih kejam. Puterinya berulang kali diperkosa sang majikan sejak berumur 13 tahun.

Seperti dikutip Dailymail.co.uk, Kamis (29/3), kisah pilu ibu dan puterinya ini berhasil diungkapkan oleh program baru dari saluran televisi berita CNN "Slavery’s Last Stronghold" tentang perbudakan di Mauritania, negeri di selatan Senegal yang menghadap ke Samudera Atlantik . Yang mengejutkan bagi mereka, kisah ini dianggap 'biasa' oleh warga setempat.

Pada 1981, Mauritania menjadi negara terakhir di dunia yang menghapuskan sistem perbudakan. Memiliki budak masih dilegalkan sampai tahun 2007 dan hanya ditemukan satu kasus perbudakan yang berhasil diusut persidangan pada waktu itu. PBB memperkirakan bahwa sekitar 10-20 persen dari 3,4 juta populasi di negeri ini merupakan budak.

Moulkhier lahir sebagai budak dan menghabiskan masa kecilnya dengan menjadi penggembala ternak kambing. Ketika ia beranjak remaja, majikannya memperkosa dirinya untuk yang pertama kali di sebuah ladang. Beberapa tahun berikutnya, Moulkheir memiliki lima anak dari sang majikan yang semuanya lahir sebagai budak. Tradisi ini begitu mendarah daging dalam jiwa warga Mauritania. Moulkheir bahkan tidak mengeluh cara dia diperlakukan seperti binatang.

"Aku itu seperti binatang yang hidup dengan binatang," ujarnya kepada utusan CNN, John D. Sutter, saat ia berkunjung ke negara itu Desember lalu dalam bagian proyek CNN, Freedom Project, yang disiapkan untuk berjuang melawan perbudakan di era modern.

Kisah Moulkheir kian mengenaskan ketika ia pulang dari menggembala kambing pada sore hari. Pada waktu itu, ia melihat putri bungsunya yang baru saja bisa merangkak terbaring di pasir dalam keadaan tak bernyawa. Majikannya, yang juga ayah dari putrinya itu, sengaja meletakkan bayinya di luar hingga tewas. Menurut majikannya, ia dianggap lalai bekerja karena selalu menggendong bayi.

Moulkhier pun meminta majikannya untuk mengubur putrinya, tetapi ditolak mentah-mentah. "Dia mengatakan kepadaku, jiwa bayi itu berjiwa anjing," ujarnya. Kemudian, ia terpaksa menguburkan bayinya sendiri dengan lubang yang dangkal dan tanpa ritual pemakaman apa pun. Aku hanya bisa menangis untuk menenangkan diri," tambahnya.

Ia bahkan pernah dibebaskan sebagai budak setelah perbudakan dilarang pada 2007 lalu. Sayangnya, kenikmatan bebasnya tak begitu lama. Ia terpaksa kembali bekerja sebagai budak untuk seorang mantan kolonel militer Mauritania. Saat itu, ia sama sekali tidak memiliki pekerjaan.

"Kolonel itu memperlakukanku lebih buruk. Ia memukulku dan tidur dengan anak-anakku. Ia suka mengancam akan menembak kepala anak-anakku," katanya dengan perasaan kosong.

Menurutnya, Selek'ha sudah dipukuli sejak berusia 13 tahun dan kolonel pun memulai memperkosanya. Ia sempat hamil ketika berusia 15 atau 16 tahun. Namun saat menginjak usia kehamilan sembilan bulan, kolonel mengajaknya naik mobil dan mengendarainya secara brutal dengan kecepatan tinggi di jalanan rusak. Dan, akhirnya sang bayi pun mengalami keguguran.

Namun, semua kejadian buruk itu akhirnya berakhir. Dengan bantuan dari organisasi peduli perbudakan SOS Slaves, Moulkhier dan keluarganya akhirnya bebas. Kini, ia hidup damai di Ibukota Mauritania, Nouakchott, dan putrinya belajar di sekolah milik SOS. Tetapi, keduanya masih bertekad untuk menyeret dua mantan majikannya tersebut ke meja hijau. (Vin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini