Sukses

Pengamat: Dampak Inflasi Kenaikan BBM Bersifat Sementara

Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto memperkirakan, dampak inflasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM pada 1 April mendatang hanya bersifat sementara. Setelah dua bulan, masyarakat akan kembali dengan taraf hidup yang lebih mahal atau tinggi.

Liputan6.com, Jakarta: Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto memperkirakan, dampak inflasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM pada 1 April mendatang hanya bersifat sementara dan akan terasa paling lama dua bulan dari saat kenaikan BBM. "Dampaknya temporer sekitar 1 - 2 bulan sejak harga BBM baru dan TDL (tarif dasar listrik) baru, kata Ryan di Jakarta, baru-baru ini.

Dua bulan, lanjutnya, merupakan masa terkejut di masyarakat. "Setelah itu masyarakat akan terbiasa kembali dengan taraf hidup yang lebih mahal atau tinggi karena semuanya akan bergerak naik sebagai penyesuaian," ucap Ryan.

Ryan juga berpendapat, keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI rate atau suku bunga acuan sebesar 5,75 persen adalah keputusan yang tepat. Sebab, ekspektasi inflasi di bulan-bulan mendatang bakal meroket setelah kenaikan harga BBM bersubsidi ditambah naiknya TDL sebesar 10 persen. "Di semester kedua ada kemungkinan BI rate naik lantaran inflasi hampir pasti naik signifikan karena kombinasi dampak kenaikan BBM dan TDL secara bersamaan," ujarnya.

Menurutnya, kalau BI dan pemerintah gagal mencegah dampak negatif kenaikan harga BBM dan TDL, maka inflasi akan naik secara dramatis pada range 5,5 persen - 6,5 persen. "Kalau bisa sukses dikendalikan, maka BI rate bisa ditahan di 6 persen hingga akhir tahun ini," tuturnya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memperkirakan dampak rencana kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersifat temporer atau one-time shock dan inflasi akan kembali turun sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian.

Kepala Biro Humas Bank Indonesia, Difi A Johansyah, mengatakan, menghadapi rencana Pemerintah itu, BI akan mengambil langkah kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi dampak inflasi jangka pendek lewat penguatan operasi moneter untuk mengendalikan ekses likuiditas jangka pendek. Namun, langkah itu dilakukan dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan suku bunga dengan prakiraan makro ekonomi ke depan.(www.vibiznews.com/BOG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini