Sukses

Menhan Bantah Selewengkan Dana Pembelian Sukoi

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro membantah tudingan penggelembungan anggaran (mark-up) pembelian pesawat Sukhoi. Menurutnya, ada perbedaan mesin dengan versi terdahulu.

Liputan6.com, Jakarta: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro membantah tudingan penggelembungan anggaran (mark-up) pembelian pesawat Sukhoi. "Saya tegaskan tidak ada mark-up dalam pembelian Sukoi, yang kita kuatkan skuadron, kita punya sepuluh, nah kita tambah enam," ujar Purnomo dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (6/3).

Purnomo menjelaskan, harga pembelian pesawat memang naik jika dibandingkan dengan harga sebelumnya. Namun demikian, menurut Purnomo, perbedaan harga tersebut tak terlalu tinggi. "Tentu harganya beda dulu dengan sekarang. Tapi perbedaanya tidak banyak, itu hanya untuk mengcover inflasi saja. Sehingga di mark up tidak betul. Hati-hati melihat nilai kontrak, engine yang kita dapatkan itu berbeda, jadi tidak bisa dibandingkan apple to apple," ujarnya.

"Beli mobil pun beda harganya, ada velg racing ada yang tidak, jelas itu beda harganya. Jangan mudah mendengar suara orang yang kecewa," lanjutnya. Purnomo juga menegaskan, dalam pembelian peralatan negara, tentu ada tim konsultasi dan pengawas. Jadi, lanjut Purnomo, dalam pembelian pesawat ini sudah dipastikan sangatlah ketat. "Yang awasi kita itu banyak, dari mulai BPK sampai LSM bahkan media massa. Jadi dipastikan betul, tidak hanya kritis kepada kita tapi kritis kepada yang memberikan informasi. Ini menjadi pembelajaran buat teman-teman media," tandasnya.

Purnomo menambahkan, dalam pembelian Sukhoi ini harus melalui proses berjenjang (bottom-up). pada pertengahan 2014 pesawat akan dikirim secara bertahap setiap bulanya. "Tapi dalam perjalanan saya kira tidak ada mark-up," tegasnya.(BJK/ARI)
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini