Sukses

Ratusan Orang Berebut Sedekah Raja Yogya

Walau panas sinar matahari cukup menyengat, ratusan orang dari berbagai usia telah datang memadati halaman Masjid Gedhe, Yogyakarta, sejak pagi, dan menunggu datangnya gunungan Gerebek Maulud.

Liputan6.com, Yogyakarta: Ratusan orang rela berdesak-desakkan memperebutkan lima gunungan yang menjadi sedekah Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di halaman Masjid Gedhe, Yogyakarta, Ahad (5/2). Walau panas sinar matahari cukup menyengat, ratusan orang dari berbagai usia telah datang memadati halaman Masjid Gedhe sejak pagi, dan menunggu datangnya gunungan Gerebek Maulud.

Saat gunungan akhirnya tiba di halaman Masjid Gedhe, sekitar pukul 11.00 WIB dan didoakan oleh Penghulu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Ahmad Muhsin Kamaludiningrat, lima gunungan itu pun langsung diserbu oleh warga.

Gunungan yang diperebutkan oleh warga di halaman Masjid Gedhe Kauman atau dikenal dengan tradisi Ngalap Berkah tersebut adalah Lanang, Wadon, Gepak, Darat dan Pawohan.

Warga yang telah berhasil naik ke gunungan kemudian berebut memperoleh salah satu bagian dari gunungan, bahkan bilah-bilah bambu yang menjadi dasar pembuatan gunungan pun tak luput menjadi rebutan massa. Dalam sekejap, gunungan yang berukuran cukup besar itu pun "lenyap".

"Upacara Gerebek Maulud ini adalah salah satu bentuk rasa syukur dari Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diwujudkan dalam sedekah berupa hasil bumi," kata Penghulu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Ahmad Muhsin Kamaludiningrat.

Perebutan gunungan, lanjut dia, adalah bagian dari budaya yang merupakan hasil karya, cipta dan kreasi dari masyarakat dan bukan merupakan bentuk ibadah. "Intisari dari Maulud Nabi Muhammad SAW adalah meneladani kehidupan Rasulullah," lanjutnya.

Pada Gerebek Maulud Tahun Wawu 1945, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyiapkan tujuh buah gunungan, yaitu tiga Gunungan Lanang, dan sisanya masing-masing satu buah untuk Gunungan Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Darat dan Gunungan Pawohan.

Dua buah Gunungan Lanang, masing-masing diarak ke Pura Pakualaman Yogyakarta dan ke Kepatihan, juga untuk diperebutkan oleh masyarakat. Gunungan tersebut diarak dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat diawali oleh Prajurit Bugis, Abdi Dalem Sipat Bupati dan diakhiri oleh Prajurit Surokarso.

Gunungan itu melewati delapan bregada prajurit yang telah bersiap di keraton, kemudian diarak ke arah utara melewati dua pohon beringin atau "Ringing Kurung", menuju ke barat ke arah masjid. Sedangkan dua gunungan lain terus diarak ke utara menuju ke Pura Pakualaman dan Kepatihan.

Delapan bregada prajurit yang dilewati gunungan tersebut adalah Prajurit Wirobrojo, Prajurit Daeng, Prajurit Patang Puluh, Prajurit Jogokariyo, Prajurit Prawirotomo, Prajurit Nyuthro, Prajurit Ketanggung dan Prajurit Mantrijero.

Setelah gunungan selesai diperebutkan, Prajurit Bugis dan Surokarso kembali ke keraton untuk kembali bergabung dengan delapan bregada prajurit lain sebelum dibubarkan di Bangsal Pracimosono Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Pelaksanaan Gerebek Maulud ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya Sekaten, yang selalu digelar sepekan sebelum peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.(ANS/Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini