Sukses

Semarak Lampion di Singkawang

Singkawang tengah bersiap-siap menyambut Perayaan Cap Go Meh. Tebaran lampu lampion berwarna merah terlihat di depan setiap rumah dan toko.

Liputan6.com, Singkawang: Kota Seribu Kuil itu tengah bersiap-siap menyambut Perayaan Cap Go Meh atau malam ke-15 Tahun Baru Imlek, Jumat (3/2). Semarak Cap Go Meh di Kota Singkawang, sekitar 200 kilometer dari Pontianak, Kalimantan Barat, ditandai dengan tebaran lampu lampion berwarna merah di depan setiap rumah dan toko.

Di antara lampion-lampion itu, warga Kota Singkawang juga menambah lampu-lampu berwarna. Dan kemeriahan itu bukan hanya terlihat di pusat kota, tapi sejak perbatasan antara Mempawah dan Singkawang. Warna yang melambangkan kemakmuran itu terlihat dominan di antara temaram di sekeliling rumah. "Ini kan setahun sekali. Pokoknya, kami ikut merayakannya," jelas Aling, warga Kota Singkawang.

Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti malam kelima belas setelah Imlek. Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama setelah Tahun Baru. Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan.

Di Taiwan, Cap Go Meh dirayakan sebagai Festival Lampion. Di sejumlah negara Asia Tenggara, ia dikenal sebagai Hari Valentine Tionghoa. Dan di Kota Singkawang, momen dirayakan secara besar-besaran, dengan menghadirkan atraksi para tatung, tokoh yang menjadi medium arwah para ksatria Cina.

"Para tatung itu bertugas mengusir setan, sehingga warga di kota ini bisa hidup tenang tanpa ada gangguan makhluk jahat," tambah Tomi, suami Aling. "Kalau di Jawa mungkin semacam tolak bala."

Rencananya, pada perayaan Cap Go Meh yang digelar 6 Februari mendatang akan menghadirkan 765 tatung dari berbagai klenteng di kota itu tahun lalu atraksi menampilkan 750 tatung. Singkawang memang dikenal sebagai kota dengan puluhan klenteng, hingga dijuluki Kota Seribu Klenteng. Dan para tatung itu akan beraksi seperti pemain-pemain kesenian debus di Banten, seperti berdiri di atas pedang, menusuk-nusukkan jarum ke wajahnya, dan berbagai atraksi mendebarkan lain.

"Atraksi tatung itu awalnya dilakukan di Monterado, tempat pendulangan emas di Kabupaten Bengkayang. Saat itu, lima jendral asal Cina tiba di Kalimantan dan salah satunya, Jendral Ng Kang Sen, tiba di Monterado," kata Tomi. Ia menemukan banyak warga yang terkena penyakit, lantas ia mengobatinya dengan cara mengusir roh jahat itu.(SHA/AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.