Sukses

Awas, Beredar Baso Ikan Berbalut Racun

Apakah Anda suka jajan baso? Hati-hati, kini banyak baso yang menggunakan bahan bercampur dengan materi-materi kimiawi yang berbahaya bagi tubuh. Di antaranya baso bercampur boraks.

Liputan6.com, Jakarta: Bagi Anda pencinta jajanan harus lebih waspada terhadap kualitas makanan yang dikonsumsi khususnya cemilan siap saji yang beredar di lingkungan masyarakat. Sebab belum lama ini terkuak fakta penggunaan bahan kimia berbahaya yang tidak layak dikonsumsi terkandung di salah satu jajanan populer yakni baso ikan di kawasan Jawa Barat.

Fakta tersebut didapat ketika Tim Sigi SCTV menyusuri sebuah pasar tradisional di kawasan Jawa Barat yang menjadi pusat bahan baku makanan. Langkah kami arahkan ke sejumlah pedagang untuk menggali informasi seputar penjualan makanan yang berisiko terhadap kesehatan tubuh. Info ini datang dari salah satu informan kami.

Belum ada penjelasan rinci, namun informasi yang didapat menyinggung soal kecurangan pada penjualan baso ikan. Mendapat informasi demikian, secara acak dibelilah baso ikan dengan tujuan mencari tahu adanya kandungan bahan kimia berbahaya atau tidak. Caranya, dengan diteliti di laboratorium untuk diuji.

Boleh jadi jadi sekian jenis baso ikan yang dibeli di pasar tradisional baik-baik saja dan tak berbahaya sebab diuji dengan dipotong dan dihancurkan, baso sama seperti yang lainnya tidak ada perbedaan. Namun dugaan baso ikan tak berisiko bagi kesehatan meleset. Sebab saat diuji dengan pembakaran, terbukti baso positif mengandung boraks.

Mendapati hasil mengejutkan ini, Tim Sigi kembali ke pasar tradisional menyelidiki asal bakso ikan berbahan kimia bukan untuk makanan tersebut. Saat melewati salah satu sekolah dasar, ada sejumlah pedagang yang menjual aneka jajajan. Sekadar menjajal peruntungan, kamera tersembunyi dioperasikan.

Tegang campur jantung berdebar dirasakan ketika mendapati adanya pedagang baso ikan di sana. Ditambah yang lebih mengejutkan, baso ikan yang dijual mirip bentuk dan warnanya dengan baso ikan yang sempat diuji di laboratorium sebelumnya dengan hasil mengandung boraks.

Karena rasa curiga, baso ikan itu akhirnya dibeli untuk kemudian diteliti di laboratorium. Perjalanan ke pasar tradisional kami teruskan, kali ini kami coba lewat pintu belakang. Titik terang dari penelusuran kami mulai nampak. Aktivitas pembuatan aneka macam baso tengah berlangsung, namun pembuatan baso ikan jadi fokus pengamatan.

Proses pembuatan baso seperti biasa diawali dari proses penggilingan. Kecurigaan mencuat saat kami melihat ada tumpukan kantong plastik yang keluar bau tak sedap. Rupanya bau itu berasal dari plastik berisi ikan untuk bahan dasar baso yang nampak tak segar dan mengeluarkan aroma yang memualkan.

Penasaran dengan kenyataan di lapangan dan hasil uji lab yang membuktikan adanya baso ikan yang diformulasikan dengan bahan kimia bukan untuk makanan, kami coba membeli sendiri bahan dasar baso ikan tersebut. Lokasi awal yang didatangi adalah kios bumbu masakan.

Satu kilogram adonan bahan baso telah di tangan, tinggal membeli ikan. Untuk membeli ikan, dipilihlah ikan segar. Semua siap digiling, namun proses pengerjaannya melalui order ke kios penggilingan. Adonan baso ikan kemudian dibawa ke Dinas Kesehatan Kabupaten untuk memastikan ada tidaknya bahan kimia berbahaya dari sejumlah bahan baku yang dibeli.

Alat uji cepat test borax milik Dinas Kesehatan dioperasikan. Rangkaian pengujian dilakukan mulai dari pemotongan hingga penghalusan baso ikan olahan. Hasilnya mencengangkan, bahan yang dibeli di pasar ternyata berbahaya dan diketahui positif mengandung boraks.

Sedikit informasi, boraks adalah kristal lunak mengandung unsur boron yang baik untuk tanaman. Boraks umumnya digunakan dalam perkebunan organik sebagai pengontrol rumput liar. Boraks dan air merupakan cara yang paling baik untuk membunuh tanaman yang tidak diinginkan di kebun semisal rumput liar, dan bersifat toksik atau beracun.

Dari hasil penelitian tadi, membuat semakin penasaran. Karena mulanya dengan membuat sendiri baso ikan, risiko ada bahan kimia berbahaya bisa diperkecil. Untuk menjawab rasa penasaran itu, penelusuran terus dilakukan. Informasi diperoleh berdasarkan keterangan dari seorang informan yang juga bekerja di salah satu tempat pembuatan baso ikan.

Bersama informan itu, tim sigi dibawa ke suatu tempat. Penjelasan meluncur dari mulut pembuat baso ikan tanpa curiga, kini tinggal mengatur strategi untuk mengetahui cara membuatnya. Caranya dengan membeli adonan baso di pasar tradisional dan dibawa ke tempat tadi untuk diolah. Ternyata dalam pembuatan baso ikan, digunakan pula bahan tawas dan benzoat atau pengawet makanan. Setelah itu, baso direbus hingga kenyal.

Menurut penelitian, zat kandungan tawas bisa membuat pikun orang yang menkonsumsinya dan berbahaya bagi tubuh tentunya karena mengandung racun yang merugikan kesehatan tubuh. Untuk itu bagi para orang tua, baiknya selalu mengingatkan buah hati masing-masing agar waspada memilih makanan dan minuman.

Bayangkan jika rata-rata manusia mengkonsumsi makanan tersebut setiap harinya, berapa banyak racun yang perlahan menggerogoti organ tubuh? Semoga kesadaran memproduksi makanan yang sehat dari para produsen makanan menjadi kenyataan yang sesungguhnya sehingga masyarakat tidak lagi menjadi korban. Tak ketinggalan peran pemerintah untuk mengawasi dan menindak tegas terhadap oknum produsen nakal juga perlu ditingkatkan. (BJK/Vin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini