Sukses

Giliran "Jembatan Gantung Maut" Disorot Dunia

Sejumlah peristiwa yang terjadi di Indonesia menjadi perhatian dunia. Usai kasus sandal jepit dan bola beton di kereta api, kini giliran masalah "jembatan maut" di Lebak, Banten, yang disorot.

Liputan6.com, Jakarta: Sejumlah peristiwa yang terjadi di Indonesia menjadi perhatian dunia. Usai kasus sandal jepit dan bola beton di kereta api, kini giliran masalah "jembatan maut" di Lebak, Banten, yang disorot.

Sebut saja Dailymail, Jumat (20/1), mereka bahkan sepintas melihatnya mirip dengan rangkaian aksi di Film Indiana Jones And The Temple Of Doom. "Namun ini adalah kenyataan. Ini adalah perjalanan pergi dan pulang yang dihadapi warga sehari-hari," tulis Dailymail.

Warga Lebak, Banten, nekat mempertaruhkan nyawa mereka yang tak ternilai harganya hanya dengan berpegang erat ke jembatan yang sudah tidak layak digunakan. Seperti yang dialami Sofiah, seorang siswa yang melintasi jembatan setiap harinya. Ia harus bangun lebih awal dan pulang setiap malam. Ia juga harus menghadapi risiko tali jembatan putus.

Jembatan persimpangan itu berpotensi mematikan. Aliran sungai yang  deras seakan-akan sudah menanti di bawah mereka. Sejak Sabtu (15/1), jembatan gantung di Kabupaten Lebak telah runtuh dan rusak parah karena banjir. Hanya satu sisi yang menopang sehingga jembatan miring.

Jembatan sepanjang 162 meter itu menghubungkan Desa Ciwaru ke Desa Sabagi. Kondisi ini memberikan beberapa pilihan kepada anak-anak agar sampai di kelas tepat waktu.

Begitu pula dengan Reuters, yang menggambarkan anak-anak sekolah ini terpaksa memanjat jembatan gantung yang roboh dan mempertaruhkan hidup mereka, daripada harus mengambil rute yang lebih panjang ke sekolah.

Muhammad, seorang siswa SD berusia sembilan tahun mengatakan ia takut melintasi jembatan yang rusak itu, tapi ia tidak ingin ketinggalan pelajaran di sekolahnya. "Ya saya takut (takut jatuh ke sungai). Sebenarnya saya takut. Tapi saya harus melakukannya," kata Muhammad.

Warga telah meminta pemerintah daerah untuk memperbaiki jembatan penyeberangan tersebut. Lima hari sejak banjir merusak jembatan gantung, ada sedikit perbaikan. Namun warga harus terus menggunakan jembatan meskipun kondisinya berbahaya.

"Kami berharap pemerintah segera mengambil tindakan mengenai hal ini karena jembatan ini digunakan untuk kegiatan sehari-hari, terutama anak-anak sekolah di Desa Ciwaru yang jauh dan jembatan ini adalah penghubung terdekat," kata Epi Suhaepi, seorang kepala desa tetangga Pasir Tanjung kepada Reuters.

Dia mengatakan bahwa sejumlah orangtua khawatir tentang kondisi dan keselamatan anak-anak mereka.(MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini