Sukses

Pendidikan Polri Lebih Buruk dari Salon Kecantikan

Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, sistem pendidikan Polri lebih buruk ketimbang salon kecantikan. Pendidikan salon kecantikan minimal enam bulan, sementara pendidikan polisi hanya tiga bulan.

Liputan6.com, Jakarta: Benturan antara polisi dan masyarakat kian mengkhawatirkan. Memasuki pertengahan Januari tahun ini saja, polisi sudah menembak empat warga sipil. Pada 2011 lalu, tercatat 98 orang tertembak polisi, 18 di antaranya tewas.

Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, hal ini tidak lepas dari buruknya sistem rekrut dan pendidikan dasar kepolisian di Tanah Air. Kader-kader polisi hanya dididik tiga bulan di Sekolah Polisi Negara (SPN).

"Padahal, pendidikan dasar TNI saja selama enam bulan. Begitu juga kursus salon kecantikan minimal enam bulan. Artinya, sistem pendidikan Polri lebih buruk dari sistem pendidikan salon kecantikan," kata Neta dalam keterangan persnya, Jakarta, Rabu (18/1).

Neta mengatakan, sistem pendidikan di SPN sangat memprihatinkan. Hanya melahirkan kader-kader polisi yang tidak siap dan memiliki intlektual yang minim. Akibatnya, polisi cenderung berkompensasi dengan arogansi dan represif saat berhadapan dengan masyarakat. "Mereka kerap melihat masyrakat sebagai musuh," ujarnya.

Menurutnya, ada tiga hal yang harus diterapkan dalam sistem pendidikan Polri. Pertama, menerapkan pendidikan gratis di Polri tanpa suap dan pungutan liar atau pungli. Kedua, pendidikan berkompetensi. Terakhir, sertifikasi untuk penyidik.

"Pendidikan di Polri harus diarahkan sistematis untuk meningkatkan intelektual polisi, kepekaan sosial, pro rakyat, antikorupsi dan pungli, meningkatkan kontrol, serta konkrit mengarah kepada reformasi Polri," ujar Neta.(ASW/BOG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini