Sukses

Jurus Angkie Yudistia Berkomunikasi

Keterbatasan fisik hanyalah bagian dari tantangan hidup. Itulah prinsip Angkie Yudistia, penyandang tuna rungu pencetus gerakan pita biru bagi kaum difabel.

Liputan6.com, Jakarta: Dunia komunikasi dan public speaking sudah menjadi hobi dan hasrat Angkie Yudistia sejak kecil. Tengoklah caranya berinteraksi dengan audience.

Sekilas, tak ada yang menyangka bungsu dari dua bersaudara ini memiliki keterbatasan pendengaran. Ya, sejak usia 10 tahun, Angkie kecil yang ceria dan aktif divonis menderita tuna rungu. Selama perjalanan hidupnya hingga kini, wanita berusia 24 tahun itu tak bisa menghindar dari perlakuan diskriminatif di sekitarnya.

Telinga kanan Angkie mampu mendengar suara 70 desibel, sedangkan yang kiri 98 desibel. Sementara, rata-rata percakapan manusia berada di 40 desibel.

Selepas sekolah menengah atas, dokter menyarankan Angkie untuk kuliah di bidang sains yang tidak menuntut komunikasi verbal. Ternyata, Angkie memiliki tekad lain.

Tak sia-sia memang. Beberapa kali ia dikirim mewakili kaum tuna rungu Indonesia untuk presentasi di dunia internasional. Kini, Angkie telah meraih master ilmu komunikasi. Mobilitas yang tinggi pun dijalaninya secara mandiri.

Angkie tak ingin keberhasilannya menembus keterbatasan yang dimilikinya hanya dinikmati sendiri. Ia pun mendirikan sebuah perusahaan konsultan komunikasi yang memperjuangkan isu kaum difabel. Keprihatinan Angkie muncul karena tak banyak kaum difabel diterima di dunia kerja formal.

Nah, gerakan pita biru adalah salah satu upaya Angkie mendapatkan perhatian bagi kaum difabel. Belum lama ini, dia meluncurkan buku berisi pengalamannya. Ia pun menjual merchandise yang hasil penjualannya diperuntukkan bagi alat bantu kaum difabel. Terutama, agar mereka tidak lagi terkungkung oleh keterbatasan.(ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini