Sukses

Tarung Bidar dari Kapuas

Bidar tanpa mesin bermotor, hanya kekuatan otot manusia yang menjadi penentu juara. Tak ada akal-akalan yang bisa menentukan kemenangan di atas air yang hanya bersenjatakan dayung.

Liputan6.com, Pontianak: Pontianak. Kota khatulistiwa, kota di titik nol garis lintang. Tanah ini bertambah istimewa karena sungai terpanjang di Indonesia pun membelah persis di jantung kota. Sungai dengan panjang lebih dari 1.000 kilometer, Kapuas namanya.

Bertahun-tahun orang hidup di tepiannya Menjalani keseharian sebagai bagian dari identitas masyarakat yang menetap di daerah aliran sungai. Kapuas adalah urat nadi, sungai kebanggaan warga Pontianak.

Sungai ini begitu penting. Bukan cuma lantaran dekat dengan kehidupan warga, tapi juga karena menjadi jalur vital transportasi selain lajur darat. Hilir mudik perahu atau kapal bermotor bukanlah pandangan aneh. Sebagian besar mengangkut kebutuhan pokok dari pedalaman ke Pontianak atau sebaliknya.

Bidar, dikenal pula sebagai sampan atau perahu sederhana. Moda transportasi ini lazim digunakan di kapuas. Tapi, bagi kalangan muda, bidar adalah sebuah tantangan. Terlebih, sebuah lomba dayung bidar bakal digelar dalam waktu dekat. Lomba melibatkan banyak pemuda yang memang telah lama akrab dengan arus Sungai Kapuas.

Salah satu peserta lomba dayung bidar adalah Asmadi. Bersama sejumlah pemuda, ia memperbaiki perahunya dalam rangka persiapan tanding. Panjang bidar minimal sekitar delapan meter dan maksimal bisa mencapai lebih dari sepuluh meter. Tanpa mesin bermotor, bidar melaju menggunakan tenaga kayuh.

Tapi, dalam lomba tak cuma tenaga yang penting. Ada prosesi tertentu pada saat pelaksanaan. Asmadi menggunakan beras sebagai syarat. Dalam doa, ada asa yang ia panjatkan. Bidar miliknya tak menemui kendala ketika lomba.

Ada banyak kelompok yang turun pada lomba bidar kali ini. Mereka datang dari beberapa kabupaten. Ada cita-cita yang ingin mereka rengkuh. Menjadi peserta dalam tarung bidar tak sekadar melestarikan tradisi menahun nenek moyang. Mereka juga ingin menjadi atlet dayung nasional yang punya prestasi membanggakan.

Hari yang ditunggu tiba. Kapuas berubah meriah. Sejumlah perahu bidar bersiap untuk adu cepat. Senjata mereka hanya satu, masing-masing orang memegang dayung.

Peraturan adu balap bidar sederhana. Seperti juga balapan mobil atau sepeda motor, siapa cepat tiba di garis finis. itulah yang menjadi pemenang.

Tapi, tentu berbeda menjadi juara adu cepat di air dan di darat. Bidar tanpa mesin bermotor. Hanya kekuatan otot manusia yang menjadi penentu juara. Stamina yang lemah jangan berharap bisa menjadi pemenang. Namun, stamina yang kuat pun belum tentu juara andai tim tidak kompak.

Sulit berbuat curang dalam lomba bidar. Tak ada akal-akalan yang bisa menentukan kemenangan di atas air yang hanya bersenjatakan dayung. Sportivitas adalah harga mati. Semangat untuk melaju cepat tak bisa ditawar-tawar.

Dan Kapuas pun menjadi saksi. Sebuah perahu sederhana bisa melaju kencang dengan kecepatan sekitar enam puluh kilometer per jam. Mereka yang kalah belum tentu tak piawai. Dan pemenang kali ini boleh berbangga karena telah menaklukkan derasnya arus Kapuas.(BOG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini