Sukses

Menyingkap Serat Sutera

Budi daya sutera dikenal di Cina sejak zaman Dinasti Han pada era 2500 sebelum Masehi. Sutera menyebar melalui jalur perdagangan yang terkenal dengan sebutan The Silk Road atau jalur sutera.

Liputan6.com, Jakarta: Berawal dari Negeri Cina. Budi daya sutera dikenal di Cina sejak zaman Dinasti Han, era 2500 sebelum Masehi. Dominasi ekspedisi dagang besar-besaran Cina menjadikan sutera menyebar ke berbagai kawasan. Mulai dari Negeri Cina nan luas, Asia Tengah, India Utara, Persia, hingga daratan Eropa di pusat Kota Roma, Italia. Jalur perdagangan ini terkenal dengan sebutan The Silk Road atau jalur sutera.

Pada abad kedua dan ketiga atau 300 tahun sesudah Masehi, sutera alam sampai juga di Korea dan Jepang. Bahkan pada era abad keenam hingga 13, sutera menyebar luas ke daratan Eropa Timur dan Barat. Sutera tidak lagi menjadi monopoli Cina. Sutera masuk pula ke Indonesia pada sekitar abad kesepuluh.

Dari catatan arsip Pemerintah Hindia Belanda, diketahui pembudidayaan ulat sutera alam muncul sekitar 1718. Proses pembudidayaan sutera alam di Indonesia mengalami perjalanan amat panjang, timbul dan tenggelam. Budi daya sutera alam mulai tertata kembali di era 1970-an. Namun, dalam hal pemasaran masih tertinggal jauh dari negeri-negeri sutera lain.

Bombyx Mori atau ulat sutera. Ulat sutera adalah serangga yang masuk dalam Ordo Lepidoptera. Keluarga ini mencakup semua jenis kupu-kupu dan ngengat. Ulat sutera mengalami masa metamorfosa sempurna. Setiap generasi melewati empat fase. Yakni, fase telur, larva atau ulat, pupa, serta ngengat atau wujud kupu-kupu pada ulat sutera.

Ulat sutera membuat kokon, terutama untuk melindungi diri selama menjalani fase metamorfosa sebagai pupa. Fase ini lebih kurang membutuhkan waktu dua pekan.

Ketika baru menetas, ulat hanya memiliki panjang tiga milimeter. Setelah sehari, ulat bertambah panjang menjadi sekitar tujuh milimeter. Selama menjalani fase larva, ulat sutera mengalami empat kali ganti kulit dan lima periode makan. Periode makan ini disebut Instar.

Menurut Junus Kartasubrata, pakar ulat sutera alam, sebutan Mori di belakang Bombyx Mori atau ulat sutera, merujuk pada makanannya, daun murbei. Bentuk fisik ulat sutera sangat khas. Fisik ulat sutera terbagi ke dalam tiga bagian utama. Yakni kepala, bagian thorax, serta abdomen atau tubuh. Di bagian kepala terdapat antena sebagai organ syaraf perasa. Ada rahang untuk mengunyah makanan. Ada pula mata. Dan masih ada spinneret, tempat keluarnya filamen sutera.

Siklus hidup ulat sutera sejak bayi hingga masa kawin serta bertelur hanya berlangsung selama kisaran waktu satu bulan. Kupu-kupu melewati fase perkembangan hidup sebagai pupa kurang lebih dua pekan. Kupu-kupu baru bisa keluar setelah mengeluarkan cairan liur, khusus untuk melubangi kokon rumah serat sutera yang dibangunnya selama tiga hingga lima hari tanpa henti.

Salah satu ciri-ciri kupu-kupu berkelamin jantan adalah fisiknya lebih kecil dibanding kupu-kupu betina. Tugas kupu-kupu jantan adalah membuahi sang betina. Sedikitnya butuh waktu dua jam untuk perkawinan yang produktif.

Usai pembuahan, enam jam kemudian kupu-kupu betina bertelur. Setiap kupu-kupu betina biasanya mampu bertelur hingga 500 butir. Namun, siklus hidup ulat betina lebih pendek. Sedangkan ulat jantan mampu kawin hingga tiga kali, sebelum akhirnya mati.

Dibutuhkan ruang gelap untuk penetasan telur sutera. Bayi-bayi ulat berumur sehari membutuhkan pakan daun murbei muda dan suhu udara yang lembab. Sepanjang perjalanan hidup ulat sutera dari mulai periode instar pertama hingga kelima, ulat mengalami empat kali pergantian kulit. Kondisi ini berbarengan dengan perkembangan bentuk tubuhnya yang juga bertambah besar.

Sepanjang hari, ulat-ulat sutera terus makan. Sedikitnya diperlukan satu ton pakan daun murbei segar untuk sekitar 25 ribu ulat sutera dalam satu siklus. Sesudah instar ketiga, menjelang instar keempat dan lima, ulat pun tidur.

Pada instar kelima menjelang pengokonan, selama dua hari ulat sutera makan daun murbei tanpa henti. Ketika masa pengokonan tiba, ulat tak lagi makan selama tiga hari. Tubuh ulat menjadi lebih bening saat pengokonan tiba dan bagian mulut mulai mengeluarkan serat.

Masa panen pun tiba. Rata-rata tiap kokon, jika telah diolah serat direntang menjadi benang, bisa mencapai panjang hingga 1.000 meter. Sungguh, suatu misteri alam semesta yang luar biasa.(BOG/Tim Potret)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini