Sukses

Menikmati Keunikan Kalimantan Tengah

Kalimantan Tengah menyimpan tempat menarik untuk dijadikan alternatif berlibur. Mulai dari mengunjungi monumen perintis hingga lokasi konservasi Orang Utan.

Liputan6.com, Palangkaraya: Perkembangan provinsi Kalimantan Tengah tidak lepas dari upaya Cilik Riwut. Riwut merupakan gubernur pertama Kalteng pada 1957. Ia mendapat julukan Bapak Perintis Pembangunan Kalteng. Riwut juga dikenal sebagai pahlawan nasional provinsi ini

Cerita Cilik Riwut ini dapat diketahui, ketika tim Melancong Yuk belum lama ini berkunjung ke Monumen Batu Alam di Kabupaten Katingan, Kalteng. Monumen ini berbentuk kumpulan batu-batu besar yang terbuat dari alam. Konon, batu-batu ini menjadi tempat pertapaan dan persembunyian Riwut dari para penjajah.

Dari atas batu, sejauh mata memandang kita dapat menikmati indahnya hutan Kaliantan yang rimbun. Namun, sayangnya batu-batu itu kini penuh dengan coretan tangan-tangan jahil. Padahal monumen ini merupakan peninggalan sejarah yang patut dilestarikan.

Puas mengetahui perintis Kalteng, kita bisa berkenalan dengan penduduk aslinya, suku Dayak. Jika ingin mempelajari sejarah dan perkembangannya, bisa datang ke Kota Palangkaraya mengunjungi Musem Balangap. Di museum ini, kita bisa melihat beragam barang peninggalan masyarakat Dayak. Kita pun dapat mengenal lebih dekat kebudayan Dayak.

Misalnya, kita disuguhkan Sangguhan, alat yang digunakan untuk menidurkan wanita dayak ketika melahirkan. Ada juga replika ruang pelaminan bagi pasangan yang menikah. Selain itu, kita dapat melihat beberapa Mandau, senjata khas suku Dayak. Mandau ini memiliki bagian yang disebut penyam dan terbuat dari kumpulan taring binatang.

Selain itu, ditampilkan pula patung sepundug. Patung ini merupakan tempat pengikatan seekor binatang yang akan dijadikan korban atau sesembahan bagi orang meninggal yang diupacarakan. Usai upacara, tulang-belulang atau abunya dimasukkan ke dalam pandung. Menurut kepercayaan, agar roh yang meninggal berada di surga.

Berlibur tak akan lengkap tanpa berbelanja souvenir. Di toko Fauzi, Jalan Batam, Palangkaraya, dijual beragam kerajinan tangan khas Palangkaraya. Salah satunya adalah tas yang terbuat dari rotan. Cukup dengan uang sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, kita dapat memiliki satu tas yang unik dan lucu.

Tidak hanya itu, di kawasan ini juga ditawarkan pernak-pernik seperti gelang, kalung, dan aksesoris tubuh lainnya. Satu jenis pernak-pernik bisa kita peroleh dengan uang antara Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu.

Ada juga kerajinan perahu getah nyatu yang terbuat dari tumbuhan getah nyatu. Untuk ukuran besar dijual dengan harga Rp 750 ribu, sedangkan ukuran kecil seharga Rp 15 ribu. Bagi penderita sakit pinggang maupun malaria, tak ada salahnya membeli pasak bumi yang tersedia di kawasan ini. Pasak bumi dipercaya berkhasiat menyembuhkan penyakit tersebut.

Lelah berbelanja, perut pun terasa lapar. Kita pun menyambangi Rumah Makan Samba yang menyajikan beberapa makanan khas Palangkaraya, seperti ikan baluang, ikan bawung bakar, sambal serai, serta yang terunik sayur rotan atau umbut ewai. Sayur ini terbuat dari rotan muda. Rasanya, agak pahit namun tetap menggugah selera.

Pulau Kalimantan dikenal juga sebagai tempat tinggalnya Orang Utan. Karena itu, kita tak akan dianggap berlibur ke Kalteng jika tidak mengunjungi beberapa lokasi konservasi orang utan. The Borneo Urang Utan Survival (BOS) di Nyarumenteng, misalnya. Diperlukan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai tempai ini dengan kendaraan bermotor dari Palangkaraya.

BOS merupakan pusat rehabilitasi dan tempat bersekolah bagi orang utan. Tak sembarangan memasuki tempat ini. Pengunjung harus menggunakan masker selama berada di dalam BOS. Tujuannya untuk menghidari penyakit menular antara mansuia ke orang utan ataupun sebaliknya.    

Lokasi konservasi orang utan lainnya adalah Camp Liki yang terletak di Tanjung Puting. Bagi wisatawan lokal dikenakan tarif sebesar Rp 7.500 untuk memasuki wilayah ini. Sedangkan wisatawan mancanegara dikenakan biaya sebesar Rp 75 ribu. Ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi para pengunjung selama berada di dalam Camp Liki, yakni dilarang membawa makanan adalah salah satunya.

Camp Liki dikenal juga sebagai Taman Nasional Orang Utan Tanjung Puting. Taman ini diresmikan sebagai objek wisata orang utan sejak 1982. Dengan luas mencapai 414 ribu hektare, taman ini dihuni sekitar 5.000 orang utan.  

Keunikan lain yang dapat dijumpai di Palangkaraya adalah permainan bola sawut. Permainan ini tidak jauh dengan permainan sepak bola pada umumnya. Perbedaannya hanya pada bola yang digunakan. Bola sawut terbuat dari adalah serabut kelapa yang dibakar. Dulunya, permainan ini adalah ritual bagi pemuda di Kalteng ketika mereka menunggu pemakaman jenazah.(RMA/Tim Melancong Yuk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini