Sukses

Tergelincir Oli Palsu

Kebutuhan vital akan minyak pelumas dimanfaatkan orang tak bertanggung jawab untuk memalsukannya. Untung yang banyak membuat beberapa bengkel ikut bermain.

Liputan6.com, Jakarta: Jakarta. Salah satu yang identik dengan ibukota negara ini adalah soal kemacetan. Hampir di setiap ruas jalan Kota Metropolitan ini kendaraan menumpuk. Stres bahkan bikin frustasi. Fisik dan mental pengendara pun lelah. Tak hanya orang, mesin kendaraan juga ikut-ikutan lelah.

Anda tentu kesal apabila kendaraan tiba-tiba mogok. Padahal, memiliki kendaraan salah satunya bertujuan memperlancar aktivitas. Supaya mesin kendaraan tak lelah dan berakhir ngadat, service berkala mengganti oli mesin secara teratur. Oli, komponen cair yang bertugas melumasi mesin agar dapat terlindung dari gesekan atau karat.

Oli menjadi komponen paling krusial dalam kendaraan. Oli di mesin kendaraan ibarat vitamin bagi tubuh manusia. Jika kekurangan vitamin, badan lunglai. Begitu pula jika oli jelek, tenaganya lemah tidak berdaya. Dengan kata lain, pelumas atau oli punya peranan penting bagi mesin kendaraan.

Beragam oli beredar di pasaran. Dari buatan dalam negeri sampai bermerk luar negeri. Harganya tentu bervariasi. Ini lantas menjadi celah atau peluang berbuat curang orang-orang tak bertanggung jawab. Praktik pembuatan oli palsu pun marak di sejumlah daerah, salah satunya di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Hasil penyelidikan tim Sigi, disinyalir telah beredar oli daur ulang atau oplosan yang dijual sangat murah di Kota Semarang. Jauh dari harga asli. Oli daur ulang yaitu limbah oli yang sudah tak layak pakai diproses dengan zat kimia sehingga menghasilkan layaknya oli baru. Apalagi kalau bukan tumpukan fulus.

Para oknum pemain oli abal-abal tak setengah-setengah dalam beraksi. Melalui hasil eksperimen yang tak bertanggung jawab, lahirlah oli aspal dari tangan mereka. Tawas, zat pemutih, zat warna, dan pewangi oli adalah bahan untuk membuat oli abal-abal. Limbah oli kemudian dioplos dengan solar.

Tawas kemudian dihancurkan agar bisa tercampur dengan limbah oli dan solar. Butuh tujuh hari untuk menyempurnakan hasil oplosan. Selanjutnya membuat zat warna. Solar dimasak sampai mendidih lalu dioplos dengan pewarna minyak. Jumlah zat warna sangat berpengaruh menentukan kemiripan oli abal-abal dengan aslinya. Terakhir memberikan pewangi.

Pembuatan oli palsu untuk mobil sedikit berbeda karena tak dicampur dengan pelumas bekas. Namun diencerkan dengan menggunakan solar untuk menambah volume. Tetap saja, kedua-duanya sangat berbahaya bagi mesin kendaraan karena tak sesuai standar dan takaran yang semestinya.

Para oknum biasanya memilih waktu yang tepat untuk bertransaksi yaitu malam hari. Salah satu yang bermain di bisnis kotor ini adalah bengkel. Kondisi ini membuat konsumen makin tak berdaya. Kalau sudah begini harus punya keahlian khusus untuk membedakan mana pelumas yang aspal dan mana yang asli.

PT Pertamina Jateng tak berdiam diri menghadapi masalah ini. Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen Semarang meminta agar pemain dan penjual oli abal-abal diberi sanksi keras. Namun tetap saja. Selama ada permintaan dari penjual, selama itu pula produksi oli abal-abal sulit dibendung.(JUM)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini