Sukses

Kesemarakan Fauna di Tanjung Binerean

Tanjung Binerean memiliki berbagai keanekaragaman hayati yang harus dilestarikan. Penyu dan burung Maleo adalah salah satu kekayaan alam yang hampir punah bila ekosistemnya terganggu.

Liputan6.com, Bolang Mongondow: Hamparan pasir dan air yang tenang menjadi pemandangan yang wajar di Pantai Tanjung Binerean,  Sulawesi Utara. Pantai yang terletak 300 kilometer dari Kota Manado itu agak terpencil dan jauh dari pemukiman penduduk. 

Pantai seluas 14 hektar itu sengaja dibuat eksklusif sebagai kawasan berkembang biak burung Maleo. Unggas itu menggantungkan diri pada pasir hangat untuk memperbesar populasinya. Di Tanjung Binerean, sumber panas utama permukaan melalui matahari. Selain itu, kawasan itu dekat dengan sumber mata air panas.

Untuk menyibak keunikan fauna di pulau itu, para pecinta lingkungan membimbing Tim Potret menyusuri tapak-tapak penelitian yang pernah dilakukan. Ihwal penelitian di pulau itu diawali dengan kepedulian lembaga swadaya masyarakat (LSM) Pelestarian Alam Liar dan Satwa (PALS) dan Wildlife Conservation Society (WCS).

Beranjak dari kiprah awal dulu, "napak tilas" penelitian pun dilakukan. "Penelitian" dimulai dengan menyusuri pulau dan pesisir pantai di Binerean. Tim terbagi menjadi beberapa bagian untuk menyusuri daratan dan pesisir pantai.

Tim darat menyusuri hutan untuk memasang jaring perangkap bagi burung. Jaring sepanjang sepuluh meter itu dapat menjaring burung-burung kecil spesies endemik. Jaring dipasang dekat dengan areal pencarian makan burung-burung liar.

Lubang jaring berukuran kecil membuat burung mudah terperangkap. Namun kali ini, burung nuri yang terperangkap di jaring perangkap.

Tak mudah melepaskan burung tersebut dari jaring. Burung liar itu cukup peka. Burung nuri khas Sulawesi itu langsung diberi label, untuk mengetahui daerah persebaran dan penandaan burung yang kemungkinan melakukan migrasi. Bagian paruh diukur demi mendapatkan data usia atau kemampuan burung untuk mencari makanan.
                           
Tak jarang, paruh burung yang indah itu menjadi senjata mempertahankan diri dan bisa melukai. Luka akibat torehan paruh burung menjadi hal biasa bagi para peneliti.

Burung-burung yang telah didata dilepaskan kembali dan biasanya burung mengalami masa 
disorientasi. Data akurat dan penyebarannya didapat dengan mengikuti arah terbang burung.

Sementara itu, tim laut menyusuri pesisir pantai untuk mengetahui kesehatan terumbu 
karang. Tim mengukur luasnya persebaran karang yang berada di dasar permukaan. Cara pengamatan ini dinamakan Manta Tow, yakni teknik pengamatan layaknya ikan pari Manta untuk memantau dasar laut.

Tim menyusuri lebih dari dua kilometer dan setiap pengamatan mencatat lokasi terbaik karang dengan menggunakan sistem navigasi satelit (GPS). Berdasarkan pengamatan sementara, keanekaragaman hayati laut Binerean cukup tinggi dan sehat.

Daerah perkampungan Tanjung Binerean dihuni oleh sekitar 100 kepala keluarga yang sebagian 
besar mengais rezeki sebagai nelayan. Yang khas dari para nelayan di Tanjung Binerean adalah mereka menangkap ikan dengan  menggunakan layang-layang. Alat sederhana yang dibuat dari bahan sederhana dan telah turun-temurun diwariskan.

Hanafi merupakan salah satunya nelayan pendatang. Ia sangat sadar akan perlunya menjaga kelestarian alam di Binerean. Ia menyadari bahwa di areal  pantai dijadikan tempat alamiah penyu dan burung Maleo untuk bertelur. Setiap hari ia mengawasi dan mengurus penyu-penyu yang  bertelur.

Penyu adalah penjelajah samudra terbaik yang mampu mengarungi lautan hingga tiga ribu kilometer dan sangat  pemilih untuk menetaskan telurnya. Pesisir pantai menjadi habitat alamiah baik bagi penyu untuk menetaskan telur. Pantai pasir putih sepanjang 2,7 kilometer tersebut memiliki suhu pasir baik untuk anak penyu atau tukik menetas dan hidup.

Tukik-tukik setelah ditetaskan langsung berjalan menuju lautan. Walau penyu mampu bertelur hingga 100 tukik, namun harapan hidup tukik di alam bebas sangat rendah. Perbandingannya satu banding seribu tetasan.  Elang, ikan-ikan besar, dan hiu adalah para predator penyu cilik itu.

Lokasi di wilayah Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara, dekat dengan gunung vulkanik. Adanya sumber panas  membuat burung Maleo cocok mendiami daerah ini. Meski tak semua tempat di Sulawesi didatangi spesies burung yang terancam  punah itu. 

Maleo betah melakukan peneluran di areal hutan. Lubang-lubang peneluran banyak terdapat di daerah yang sama dengan suhu panas yang sesuai untuk pengeraman telur. Maleo senang berada di sekitar hutan pantai gunung berapi dan daerah pasir terbuka.

Burung maleo merupakan satu dari 22 jenis burung dari suku Megapodiidae. Asal usul Maleo atau Senkawor dalam bahasa  Sulawesi belum jelas. Ada penelitian menyebutkan bahwa ia berasal dari Australia. Namun burung ini hanya dapat ditemukan di beberapa wilayah di Sulawesi.

Gerak-gerik dan bentuk tubuhnya hampir mengingatkan dengan burung kasuari. Maleo burung berukuran sedang dengan panjang  sekitar 55 sentimeter. Sang betina berukuran lebih kecil. Ciri utama dari burung ini adalah mahkota jambul di bagian kepalanya.

Mahkota yang berukuran sedikit lebih kecil dari bola pingpong menjadi penanda khusus keunikan burung ini. Peneliti menduga, fungsi mahkota tersebut sebagai semacam alat pendeteksi panas untuk di areal habitat dan peneluran.

Maleo memiliki kaki sebagai burung penggali tanah dengan selaput yang berfungsi sebagai pengeruk. Daya jelajah Maleo diperkirakan mencapai puluhan kilometer. Sebagian besar hidupnya beraktivitas di darat.

Sayap Maleo berfungsi saat hewan itu berada di pohon untuk berpindah-pindah tempat peristirahatan dan perlindungan dari incaran predator. Maleo adalah burung yang pasif dalam mencari makan. Burung ini seringkali hanya memakan buah dan biji-bijian yang jatuh di tanah.

Bagian kepala yang sedikit lebih kecil memudahkannya untuk bersembunyi di tanah. Sebagai burung yang setia, pasangannya tetap saja membutuhkan perlindungan diri dari kepunahan.

Satu pesan berharga dari Pantai Tanjung Binerean: alam beserta segala keunikannya merupakan kekayaan yang harus dilestarikan demi keberlangsungan hidup di masa depan.(MRQ/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini