Sukses

Air Mata dari Ranah Minang

Gempa di Sumatra Barat dan beberapa wilayah lain di Tanah Air telah menimbulkan banyak korban jiwa. Beberapa ahli mengatakan Indonesia memang negeri rawan bencana alam sehingga tindakan antisipasi dan kesiapan warganya perlu dilakukan untuk menghadapi bencana selanjutnya yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Liputan.com, Padang: Air mata telah jatuh di Ranah Minang. Duka dan kesedihan mendalam seakan tak henti mengalir pascagempa yang menggoncang Sumatra Barat Rabu (30/9). Hingga Kamis (1/10), berbagai instansi terkait melaporkan jumlah korban tewas sebanyak 529 orang. Korban terbanyak berasal dari kota Padang mencapai 376 jiwa.

Berbagai infrastruktur pun luluh lantak akibat musibah ini, salah satunya adalah gedung bimbingan belajar Gama di Jalan Proklamasi, Padang. Diperkirakan 50 jenazah anak-anak dan para pengajar yang berada di ruang tiga lantai itu tertimbun reruntuhan.

Sejak pagi hari, orang tua korban hanya bisa menangis dan meraung-raung menyaksikan pemandangan nahas tempat belajar putra putri mereka. Isak tangis memuncak saat tim evakuasi yang terdiri dari para relawan, aparat Polri, dan TNI mengevakuasi satu persatu jenazah yang kebanyakan adalah siswa SD dan SMP.

Berdasarkan laporan reporter SCTV, Ido Sitompul,  sedikitnya 14 korban yang telah berhasil dievakuasi hingga petang tadi. Dua belas di antara mereka yaitu sebelas siswa dan satu guru yang sudah dapat dikenali identitasnya. Karena gedung bimbel itu terletak berdampingan dengan gedung lain di antaranya restoran, maka diperkirakan jumlah korban dari lokasi tersebut akan terus bertambah.

Pada pukul 18.00 WIB, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama ibu negara dan beberapa menteri memantau langsung lokasi evakuasi para korban. Presiden menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya pada warga dan berharap masih ada korban selamat dari puing-puing gedung tersebut. SBY juga menjanjikan bahwa proses evakuasi ini akan terus berlangsung optimal. Sementara Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Aburizal Bakrie mengatakan akan ada dana tanggap darurat sebesar Rp 190 miliar untuk menanggulangi bencana.

Akibat musibah ini, jaringan listrik dan komunikasi di Padang lumpuh total. PT Perusahaan Listrik Negara menyebutkan terdapat empat gardu listrik di Kota Padang yang rusak. Hingga petang tadi, PLN mengirim sejumlah petugas untuk memulihkan jaringan listrik, terutama di beberapa layanan umum seperti rumah sakit dan tempat-tempat pengungsian.

Gempa juga terjadi di Jambi dan Bengkulu. Dengan kekuatan 7,0 SR yang berpusat di Jambi, sedikitnya 500 rumah di Kabupaten Kerinci rusak parah. Ratusan rumah tersebut tersebar di tiga kecamatan yaitu Sulak, Gunung Kerinci, dan yang terparah daerah Gunung Raya. Salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kerinci, Subur Budiman mengatakan hingga kini masih belum diketahui secara pasti jumlah korban jiwa di wilayah Jambi. Kendati demikian, masyarakat sangat membutuhkan bantuan seperti tenda, makanan, dan obat-obatan.

Tak hanya merusak rumah, gempa di Jambi juga memutus sejumlah jalur transportasi darat akibat banyaknya wilayah yang dilanda tanah longsor. Di jalan penghubung Jambi dengan Sumatra Barat, terdapat antrean kendaraan yang panjang. Bahkan ada beberapa kendaraan yang terguling dan terperosok di jalan berbukit di kawasan itu.

Indonesia adalah negeri kepulauan yang rawan bencana alam. "Kita memang hidup di kawasan rawan bencana," ucap Kabid Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG, Mohammad Riyadi. Ia menganjurkan agar masyarakat menyadari kenyataan ini dan selalu waspada akan bencana-bencana selanjutnya.

Iwan Teja Kusuma, Ahli Gempa dan Tsunami Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan gempa tidak dapat diprediksi secara tepat. Ia mengungkapkan musibah di Sumbar ini terjadi akibat tumbukan lempeng Indoaustralia dan Euroasia. Karena tumbukan ini bersifat dinamis, maka gempa susulan sangat mungkin terjadi.

Iwan berpendapat pemerintah seharusnya mengubah paradigma terhadap bencana selama ini. Ia menganjurkan tindakan preventif seharusnya lebih digalakkan daripada tindakan reaktif.(WIL/VIN)






* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.