Sukses

Dialog Ramadan Bersama SBY

Presiden SBY menjelaskan, konsep keadilan di mata pemerintah adalah tiap-tiap warga negara diberikan peluang, didorong, dan diberdayakan untuk bisa memiliki kehidupan yang layak. Negara dengan kebijakannya menyediakan ruang untuk itu.

Liputan6.com, Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, konsep berbagi di masyarakat terbagi cukup luas, seperti memberi, menolong, tenggang rasa dan kesetiakawanan. Implementasinya pun cukup jelas. Pemerintah memungut pajak yang dananya digunakan untuk membangun. Kemudian, perusahaan diharuskan mengeluarkan sebagian keuntungan. Sementara masyarakat menerjemahkan arti berbagi melalui zakat, infaq, sodaqoh, dan yang lainnya.

"Saya juga senang dan bersyukur ketika ada musibah dengan cepat masyarakat memberikan bantuan," kata Presiden dalam perbincangannya dengan SCTV, Rabu (16/9). Hadir dalam acara tersebut, Prof. DR. Tolhah Hasan, ulama, serta Prof. DR. Rafii Yunus, Guru Besar Universitas Islam Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan

Penjelasan Presiden tersebut disampaikan menjawab pertanyaan soal aplikasi pemerintah akan konsep berbagi dan keadilan sosial untuk mensejahterakan masyarakat. Menurut Presiden, negara sudah berbuat banyak terhadap kaum fakir miskin dan anak telantar. Dari fungsi sosial, pemerintah dengan program-program yang ada memberikan bantuan sosial kepada mereka-mereka yang memerlukan bantuan. " Masyarakat sudah mengenal program pro-rakyat atau bantuan langsung tunai bagi masyarakat kurang sejahtera," kata SBY.

Pendapat Presiden diamini Tolhah Hasan. Menurut Tolhah, kepedulian terhadap orang yang tidak punya memang kewajiban pemerintah. Namun, di sisi lain masyarakat juga mempunyai tanggungjawab yang sama. Konsep berbagi dalam Islam, kata Tolhah,  berbeda dengan konsep yang ada dalam filsafat sosial lain. Islam mengakui dan melindungi hak pribadi. Namun, dalam Islam, setiap kekayaan mempunyai fungsi sosial. Dalam kekayaan ada hak orang lain yang harus diberikan pada saat-saat tertentu.

Rasulullah, kata Rafii Yunus, ketika di Mekkah, Arab Saudi, sudah mengenalkan konsep berbagi. Begitu juga di Madinah. Beliau bahkan harus berbagi bukan hanya dengan umat muslim, tapi juga dengan penganut lain.

Selanjutnya Presiden menjelaskan, konsep keadilan di mata pemerintah adalah tiap-tiap warga negara diberikan peluang, didorong, diberdayakan untuk bisa memiliki kehidupan yang layak. Negara dengan kebijakan dan undang-undang menyediakan ruang untuk itu. Namun, diakui Presiden ada orang yang belum bisa melakukannya sendiri. "Dalam kaitan itulah negara harus membantunya. Tapi yang lainnya, sesuai dengan ajaran Islam, harus juga ikut membantunya. Itu namanya adil," ujar SBY.

Pada bagian lain, Presiden menyinggul soal potensi penghimpunan dana dari masyarakat melalui badan zakat. Sejauh ini, kata Presiden, organisasi, manajemen, dan programnya sudah tertata dengan baik. Hanya saja tinggal membangun mekanisme dan cara-cara untuk membangun kesadaran masyarakat.

Namun, menurut Rafii Yunus, membangun kesadaran masyarakat adalah hal yang gampang-gampang susah. Pasalnya, masyarakat harus lebih cerdas dan memahami pengertian bahwa di dalam hartanya terdapat hak orang lain.

Kebijakan apalagi yang telah diambil pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya? Apakah upaya-upaya tersebut sesuai dengan pandangan Islam? Simak selengkapnya perbincangan Presiden dengan Prof. DR. Tolhah Hasan, dan Prof. DR. Rafii Yunus, dalam video dialog Barometer SCTV edisi 16 September 2009.(IAN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini