Sukses

Cirebon, Kota Wisata Sunda dan Jawa

Bila Anda berkunjung ke Kota Cirebon tentunya harus mengingat perjalanan syiar Islam yang dilakukan Wali Songo di Pulau Jawa. Di Kota Pelabuhan ini, banyak kraton bersejarah peninggalan Kesultanan Islam.

Liputan6.com, Cirebon: Kota Cirebon merupakan kota budaya dan tujuan wisata yang unik. Meski terletak di Jawa Barat keseharian masyarakat Kota Udang ini sangat berbeda dengan warga lainnya di belahan barat Pulau Jawa. Sebab Cirebon merupakan titik perpaduan budaya Sunda dan Jawa. Pun bahasa masyarakat Cirebon sangat berbeda dengan warga Jabar lainnya yang menggunakan bahasa Sunda.

Bila Anda berkunjung ke Kota Udang ini tentunya harus mengingat perjalanan syiar Islam yang dilakukan Wali Songo di Pulau Jawa. Pasalnya Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidyatullah--salah satu Wali Songo--menjadikan Kota Cirebon sebagai salah satu pusat syiar Islam setelah wafatnya Sunan Ampel pada 1478 Masehi.

Karena itu, jejak peninggalan sejarah Kesultanan Islam di masa lampau kini banyak terlihat di Kota Cirebon yang juga dikenal sebagai Kota Pelabuhan. Ini ditandai dengan berdirinya empat kraton sisa peninggalan Kerajaan Cirebon pada abad 16. Kraton-kraton tersebut adalah Kraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Keprabon.

Empat kraton itu hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi tempat wisata yang layak dikunjungi para pelancong. Adapun dari empat kraton itu, Kraton Kasepuhan merupakan kraton pertama dan paling tua di Jawa Barat. Kraton ini terletak di Jalan Kasepuhan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Didirikan oleh Sunan Gunung Jati yang merupakan raja pertama Kerajaan Cirebon.

Di Kraton Kasepuhan ini terdapat tiga bangsal yang dahulunya kerap dipakai untuk menerima tamu-tamu oleh Sultan Cirebon. Bangsal tersebut adalah Bangsal Pringgandani, Prabayaksa, dan Agung Panembahan. Di dalam bangsal-bangsal terdapat sejumlah peninggalan sejarah Kerajaan Cirebon yang berasal dari Cina dan Belanda yang bisa dilihat pelancong bila mengunjungi kraton tersebut.

Di dalam Kompleks Kasepuhan juga terdapat Kereta Kencana Singabarong yang merupakan kereta kebesaran sultan. Kereta Kencana Singabarong ini dibuat pada 1549 Masehi.

Arsitektur di kreta tersebut sangat unik karena terdapat tiga unsur kebudayaan, yakni Islam, Hindu, dan Buddha. Ini terlihat dari bentuk belalai gajah yang melambangkan kebudayaan Hindu dan kepala naga melambangkan budaya Buddha. Sementara sayap dan ekornya melambangkan budaya Islam. Ketiga unsur budaya tersebut dinamakan Trisula yang artinya tiga ketajaman manusia.

Tak jauh dari Kompleks Kasepuhan juga terdapat Tamansari Gua Sunyaragi yang terletak di Desa Graksan, Lemahwungkuk, atau sebelah barat dari jantung Kota Cirebon. Tempat ini merupakan situs bersejarah yang dibangun pada 1703, oleh Pangeran Arya Cerbon.

Situs Sunyaragi ini masih dipertahankan hingga kini dan dipelihara oleh pemerintah setempat untuk tempat tujuan wisata bagi para wisatawan. Di situs ini, terdapat sebuah relief awan dan batu karang. Relief ini kerap dijadikan motif batik cirebonan. Sebuah menara juga terdapat di Tamansari ini. Para pelancong yang berkunjung dapat menaiki menara itu untuk melihat seluruh kraton yang di Cirebon.

Tempat wisata lain di Cirebon juga terdapat di Kecamatan Cilimus, Kuningan, tepatnya di Desa Linggarjati. Daerah ini berada di kaki Gunung Ceremai dan tempat wisata alam yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Untuk menempuh kawasan wisata alam ini, para pelancong harus menempuh waktu sekitar satu jam dari Kota Cirebon.

Di tempat ini terdapat Museum Linggarjati. Museum tersebut merupakan tempat bersejarah untuk melakukan Perundingan Linggarjati yang melahirkan Perjanjian Linggarjati pada 10-15 November 1946.

Selain itu, di tempat ini juga terdapat pemandian Cibulan yang diperuntukan bagi pengunjung. Dengan membayar tiket Rp 3.000 per orang, para pengunjung dapat mandi bersama di kolam pemandian Cibulan. Di kolam tersebut juga terdapat ikan carabodas atau ikan dewa yang dikeramatkan masyarakat setempat untuk tidak boleh dimakan.

Cirebon juga dikenal dengan batik tradisionalnya. Desa Trusmi merupakan sentra batik tradisional Cirebon yang sangat terkenal. Batik tradisonal buatan desa ini dikenal dengan nama batik trusmi. Sentra batik ini merupakan salah kawasan wisata yang sangat menarik dikunjungi. Sebab para pelancong dapat melihat langsung pembuatan batik. Nama Trusmi ini diambil dari Ki Buyut Trusmi yang dikenal sebagai salah seorang penyebar agama Islam di wilayah tersebut.

Selain Batik Trusmi, Cirebon ini juga dikenal dengan makanan khasnya. Di antaranya nasi jamblang, krupuk udang dan terasi cirebon. Makanan khas Cirebon ini dapat dijadikan buah tangan bagi keluarga di rumah bila Anda berkunjung ke Kota Udang.(ZIZ)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.