Sukses

Mimpi Buruk Setelah Revolusi Bunga

Di Balibo, deklarasi tercetus untuk menandai masuknya Timor Timur ke Indonesia, meski akhirnya provinsi ke-27 itu lepas. Balibo seolah menjadi hantu yang mengusik perjalanan Republik.

Liputan6.com, Jakarta: Sepucuk surat bertanggal 3 November 1975 melayang ke Kantor Badan Koordinasi Intelijen Nasional di Jakarta. Kepala Bakin --saat itu-- Letnan Jenderal Yoga Sugama segera meneruskan salinan resmi itu ke Richard Woolcot, Duta Besar Australia. Rincian dokumen 25 tahun lampau itu adalah info tewasnya lima wartawan Australia di tengah ajang pertempuran di Balibo, insiden yang kini menyeret Yunus Yosfiah menjadi sasaran Tim Investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Mayat kelima wartawan itu gosong, terbakar. "Kami tak begitu yakin, orang kulit putih ini adalah wartawan Australia, karena tak ada bukti nyata dan sulit membuktikan dengan jelas," tulis Presidium Associacao Populer Democratica Timor (Apodeti) D. Guilhermo Maria Gonvalces, sang pengirim surat.

Pada 22 Okober 1975, Uniao Democratic Timorense (UDT), Apodeti, dan Kota berhasil menghancurkan sebuah gedung yang menjadi pusat pertahanan Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (Fretilin). Di dalam gedung, tersimpan pula bahan bakar dan mesiu. Apakah kelima wartawan itu menjadi korban penyerbuan tersebut? Tak jelas. Satu hal pasti, mayat-mayat mereka dalam keadaan hangus dan amat sulit untuk diidentifikasi. Apalagi untuk mengenali warna kulit dan asal usul.

Berdasarkan permintaan pemerintah Indonesia, menurut Gonvalces, sebuah tim dikirim ke gedung itu untuk menyelidiki nasib kelima wartawan tersebut. "Setelah diadakan investigasi dan observasi, ditemukan beberapa dokumen yang diduga milik para wartawan tersebut," tulis Gonvalces.

Gonvalces juga menjelaskan, ketika sepasukan tentara Apodeti berpatroli di tepian Kota Balibo pada 27 Oktober, mereka menemukan sebuah kamera, beberapa dokumen, dan dua mayat di hutan, di jalur yang kerap dilalui Fretilin melarikan diri. "Salah seorang mayat yang telah membusuk berkulit putih. Demi kesehatan, kedua mayat tersebut dibakar," kata Gonvalces dalam suratnya. Tentang penemuan beberapa benda berupa kamera dan dokumen, Gonvalces mensinyalir, seorang dari mayat tersebut adalah wartawan Australia. Semua temuan itu kemudian diserahkan ke pemerintah Indonesia, untuk diteruskan ke pemerintah Australia.

Info itu pun berbuntut panjang. Pemerintah Australia begitu antusias untuk segera mengorek informasi kematian warga negaranya, terutama mencari tahu orang yang paling bertanggung jawab. Kasus Balibo pecah sebulan sebelum sebuah deklarasi dikumandangkan di sana. Banyak kalangan berpendapat, Deklarasi Balibo pada 30 November 1975 adalah titik kulminasi perjuangan rakyat Timtim untuk melepaskan diri dari belenggu Portugal. Maka, pada 17 Juli 1976, Timtim resmi menjadi provinsi ke-27, meski pada akhirnya harus lepas dari tangan Indonesia, setelah kalah telak suara dalam pemungutan suara September 1999.

Deklarasi itu diformulasikan tiga partai politik: UDT yang menganjurkan suatu proses otonomi progresif di bawah Portugal, Fretilin yang memperjuangkan kemerdekaan penuh bagi Timtim dan paling radikal dan berkecenderungan kiri, Apodeti yang menganjurkan agar Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. Inilah buntut pecahnya kudeta militer yang dikenal dengan Revolusi Bunga di Portugal pada 25 April 1974.

Setelah revolusi tersebut, gelagat perubahan mendasar dalam peta politik Portugal memang terjadi. Masyarakat Timtim Timtim menangkap gejala tersebut dan menuntut reformasi sistem dan pola pemerintahan. Gelombang baru ke arah proses dekolonisasi bagi kawasan imperium Portugal di provincia ultramarina --sebutan Portugis untuk Timtim-- membuncah. Kegagalan utusan pemerintah Portugal, Lemos Pires, untuk menyelesaikan proses dekolonisasi di Timor Timur telah menimbulkan reaksi balik dengan munculnya partai-partai politik itu, sebagai aktualisasi dari perlawanan rakyat Timmtim sejak 1622.

Balibo seakan menjadi mimpi buruk bagi Indonesia. Sejarah tak akan pernah lupa menorehkan bahwa di Balibo, sebuah deklarasi sempat tercetus. Kini, nama Balibo kembali menghantui perjalanan Republik, setelah selama 25 tahun info yang tertulis dalam sebuah surat memuat kabar kematian lima wartawan asing.(RSB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini