Sukses

Setelah Noordin Tewas

Tampaknya tak ada keraguan lagi bahwa salah seorang yang tewas dalam penyergapan pasukan antiteror di Solo, Jawa Tengah itu, benar-benar Noordin M. Top. Dedengkot teroris asal Malaysia yang selama ini selalu saja berhasil lolos dari kepungan polisi, dan yang dalam aksi buronnya berkali-kali "sukses" meledakkan bom di Bali dan Jakarta.

Tampaknya tak ada keraguan lagi bahwa salah seorang yang tewas dalam penyergapan pasukan antiteror di Solo, Jawa Tengah itu, benar-benar Noordin M. Top. Dedengkot teroris asal Malaysia yang selama ini selalu saja berhasil lolos dari kepungan polisi, dan yang dalam aksi buronnya berkali-kali “sukses” meledakkan bom di Bali dan Jakarta.

Sambutan masyarakat sangat beragam. Ada yang gembira karena setidaknya ancaman bom akan berkurang setelah kematian Noordin. Ada yang masih ragu bahwa teroris yang tewas itu benar-benar Noordin. Ada yang tidak peduli. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa Noordin M. Top itu hanya sekedar tokoh fiktif. Namun apapun pendapat mereka, agaknya semua sepakat bahwa polisi telah bekerja ekstra keras, untuk memberangus gerombolan teroris. Dan, keberhasilan polisi antiteror kali ini, dinilai sebagai hadiah lebaran.

Semua orang tahu, kematian Noordin tidak serta merta akan menghentikan ancaman teror di negeri ini, karena seperti sering diungkapkan oleh para pengamat terorisme, Noordin – dalam pelariannya – telah berhasil membuat sel-sel jaringan yang cukup luas.  Ia konon telah merekrut sejumlah anak muda yang siap menjadi pelaku bom bunuh diri, dan telah pula mencetak kader-kader perancang bom yang siap menggantikan kedudukan Noordin.

Yang lebih parah lagi, ada kelompok-kelompok masyarakat yang akan selalu melindungi dan memberikan fasilitas kepada para pelaku aksi teror itu, karena memiliki keyakinan yang sama dengan para teroris. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut menganggap teroris sebagai mujahid: orang yang berjihad di jalan Allah.

Mereka inilah yang mengartikan jihad dengan sangat sempit. Bahkan cenderung keliru. Jihad yang sebenarnya bermakna sangat luas itu, dijadikan alat untuk menghalalkan segala cara. Menghalalkan kekerasan. Menghalalkan pembunuhan dan bunuh diri. Menghalalkan perusakan. Padahal di dalam Kitab Suci Al-Quran, ada ayat-ayat yang melarang manusia untuk berbuat kerusakan di atas bumi, dan larangan untuk melakukan perbuatan yang melampaui batas.

Memang tak sesederhana itu membedah gerakan terorisme. Ada dendam sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dengan praktek penjahahan berabad-abad oleh negara-negara Barat di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Lalu pendudukan Uni Soviet di Afghanistan. Hegemoni Amerika di hampir seluruh penjuru dunia. Arogansi Israel dan lain sebagainya. Pendeknya, gerakan terorisme di Indonesia, hakikatnya merupakan bagian dari terorisme global yang muncul sebagai salah satu produk sejarah dunia.

Walau begitu, bukan berarti aksi-aksi terorisme itu tak bisa dihambat secara lokal. Dengan menyebarluaskan makna jihad yang sebenarnya kepada kaum muda, setidaknya bisa mengurangi kecenderungan mereka untuk terbujuk gerakan-gerakan garis keras. Sampaikanlah kepada mereka bahwa jihad yang utama adalah seperti yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad SAWW, yakni memerangi hawa nafsu. Lalu mencari nafkah di jalan Allah, memerangi kemiskinan dan kebodohan. Dan, berperang fisabilillah hanya berlaku bila negeri ini benar-benar berada dalam kondisi perang.

Lagi-lagi memang tak mudah untuk memberikan pencerahan seperti itu, karena para teroris yang merasa mujahid itu pun sebenarnya tahu bahwa jihad mempunyai arti yang sangat luas. Hanya saja mereka mengedepankan perang fisabilillah sebagai jihad yang utama, karena mereka meyakini bahwa sekarang ini memang sedang berada dalam kondisi perang.

Tentunya tak perlu pesimistis, karena akal sehatlah yang biasanya menang. Terorisme, apapun alasannya, tetap bertentangan dengan akal sehat. Kita pun yakin bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih memiliki akal sehat. Masih ingatkah dengan sikap sebagian masyarakat yang menolak daerahnya dijadikan lokasi kuburan untuk para tersangka teroris yang tewas di Temanggung tempo hari? Bukankah ini bukti bahwa masyarakat umumnya menolak terorisme?

Esok, masyarakat Muslim Indonesia, akan menyelesaikan jihad besar berupa jihad melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan, lalu kembali pada hari yang fitri, hari yang suci. Dan, sekarang, jihad yang lainnya lagi sedang dilaksanakan banyak orang, yakni jihad membahagiakan keluarga dan orang-orang tercinta dengan cara bermudik. Mudik, selain memiliki makna membahagiakan keluarga, juga bermakna kontemplasi, yakni menelusuri kembali asal muasal diri kita. Dengan menyadari asal muasal diri, maka kita pun akan semakin menyadari ke mana kita akan kembali. Ini yang oleh para ahli spiritual Jawa disebut sebagai Sangkan Paraning Dumadi.

Jadi, sebarkanlah kepada setiap orang bahwa sekecil apa pun upaya kita untuk membahagiakan orang-orang yang kita cintai (asalkan halal) itu namanya jihad. Dan, melakukan pemboman, apalagi sambil membunuh diri dan membunuh orang lain, itu bertentangan dengan semangat jihad. Bahkan masuk ke dalam golongan perbuatan yang melampaui batas dan perbuatan merusak bumi. Perbuatan yang sangat dibenci Tuhan.  

Kalau begitu, selamat bermudik. Selamat berlebaran.

Billy Soemawisastra
Kepala Pendidikan dan Pelatihan Liputan 6



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.