Sukses

Pengamat: Perang Tidak Seimbang

Pengamat teknologi militer Ninok Leksono perang antara Libia dan pasukan koalisi berjalan tidak seimbang karena perbedaan kekuatan militer yang jomplang antara kedua kubu.

Liputan6.com, Jakarta: Krisis di Libia kini sudah memasuki babak baru. Pasukan tempur negara-negara koalisi mulai unjuk kekuatan militer. Amerika Serikat, Prancis dan Inggris menurunkan kekuatan tempur terbaiknya untuk menggempur pasukan pemerintahan Muammar Khadafi demi menyelamatkan kota terakhir yang masih diduduki pasukan pemberontak.

Pengamat teknologi militer Ninok Leksono menilai, perang berjalan tidak seimbang karena perbedaan kekuatan militer yang jomplang antara kedua kubu. "Tiga negara Inggris, Prancis, AS melakukan penyerbuan ke Libia. Kalau ditanya kekuatannya tentu tidak seimbang," kata Ninok kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/3).

Pasukan koalisi melibatkan pesawat siluman Stealth B-2 Spirit, jet penyerang darat Tornado GR4 yang dipersenjatai peluru kendali atau rudal Storm Shadow, Eurofighter Typhoons yang dipersenjatai rudal AMRAAM dan ASRAAM, pesawat Mirage 2000 dengan rudal penghancur kendaraan lapis baja, dan jet tempur Rafale [baca: Mesin Perang Canggih Unjuk Gigi di Libia].

Kendati demikian, peralatan tempur tidak menjadi jaminan perang akan tuntas cepat. Dalam kasus Irak dan Afghanistan, misalnya. Sekalipun kekuatan pasukan koalisi dengan mudah menghabisi pasukan musuh, perang gerilya berkepanjangan terus terjadi di kedua negara ini.(CHR/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini