Sukses

Indonesia Dianggap Gagal Kelola Konsolidasi Demokrasi

Direktur Eksekutif Reform Insitute Yudi Latif menilai meski kondisi demokrasi di Indonesia dianggap lebih maju, namun gagal dalam mengelola konsolidasi demokrasi.

Liputan6.com, Jakarta: Kondisi demokrasi di Indonesia saat ini dapat dikatakan lebih maju bila dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Namun demikian Indonesia dapat dikatakan gagal dalam mengelola konsolidasi demokrasi.

Demikian pandangan yang disampaikan Direktur Eksekutif Reform Insitute Yudi Latif di Gedung LBH Jakarta, Selasa (1/2). Menurut Yudi, yang terjadi di dunia Arab adalah arus gelombang menuju demokratisasi, meski agak terlambat. Pergolakan politik di Saudi Arabia saat ini sangat bertentangan dengan kondisi yang ada di Indonesia, di mana proses demokrasi di Indonesia terjadi pada 1998 lampau.

"Di Indonesia saat ini mengerikan, kita gagal mengelola konsolidasi demokrasi. Malah bisa balik ke rezim otoritarian," kata Yudi. Ia menilai, indikasi itu terlihat dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemegang otoritas eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. "Kita hampir menuju negara gagal."

Namun Yudi menganggap, ada keuntungan dari apa yang terjadi dengan proses demokrasi di Indonesia. Menurutnya, militer yang sekarang memimpin tidak memiliki insting politik. Berbeda dengan  militer pada jaman Orde Baru. "Yang harus dilakukan, perubahan akan terjadi," ujar Yudi menilai.

Dalam hal ini Yudi yakin, perubahan itu akan segera terjadi. Pasalnya, menurut Yudi, bila hal ini dibiarkan akan menuju ketidakpastian. Ia juga khawatir dengan kultur masyarakat Indonesia, yang jika sudah frustasi akan menimbulkan amuk massa alias anarkis.

Lantas siapa yang pantas memimpin masyarakat itu? Yudi menjawab, "Tokoh agama, forum rektor, akademisi dan kekuatan masyarakat sipil." (AIS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.