Sukses

Di Balik Kekalahan Andi Mallarangeng

Merangkul putra Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, ternyata tak membuat Andi Mallarangeng dipilih sebagai ketua umum. Cara kampanye yang jor-joran juga tak terlalu banyak menolong.

Liputan6.com, Bandung: Kejutan datang dari proses Kongres II Partai Demokrat. Kandidat Andi Alfian Mallarangeng terpaksa harus berhenti dari putaran pertama. Sementara Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie bersaing merebut kursi ketua umum. Proses pemilihannya akan berlangsung secara manual, Minggu (23/5) sore [baca: E Voting Tak Digunakan Dalam Pemilihan Ketua Umum]

Anas maju ke putaran berikutnya setelah meraih 236 suara. Marzuki Alie berhasil meraup 209 suara. Sedangkan Andi Mallarangeng hanya mendapat 82 suara, langsung tersingkir di putaran pertama. Perolehan suara Anas dan Marzuki yang jauh meninggalkan Andi mendapat sorotan dari sejumlah pihak. Soalnya, sejak awal Andi jauh lebih agresif dalam berkampanye, termasuk merangkul Edhie Baskoro atau Ibas, putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Reporter SCTV Ariyo Ardi melaporkan, Marzuki dan Anas sama-sama memiliki peluang untuk menjadi ketua umum menggantikan Hadi Utomo. Sebab, sejak lama Marzuki sudah mendekati DPD/DPC Partai Demokrat. Posisinya sebagai Sekjen Partai Demokrat membuat Marzuki lebih mengenal pengurus DPD/DPC di daerah dibanding Andi.

Anas juga mempunyai posisi yang tak jauh berbeda dengan Marzuki. Sebagai Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Politik, mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam ini sering berhubungan dengan orang-orang Partai Demokrat di daerah. Posisi inilah yang belakangan membuat Anas dan Marzuki maju ke putaran berikutnya, mengalahkan Andi Mallarangeng.

Tim Sukses Andi Mallarangeng, Nachrowi Romli mengatakan, suara dukungan Andi akan diserahkan ke Marzuki. "Kami alihkan ke Pak Marzuki Alie. Bulat. Kami sudah sepakat semuanya," kata Nachrowi. Dukungan ini diberikan karena Marzuki dinilai mempunyai pengalaman berorganisasi.

Ketika ditemui, Andi Mallarangeng mengakui kekalahannya. "Mungkin selama ini saya kurang bergaul dengan teman-teman DPD/DPC. Tapi inilah kompetisi. Saya mendukung siapa pun yang terpilih sebagai ketua umum," ujar Andi.

Kekalahan Andi ini memang cukup mengejutkan. Namun, boleh jadi, kekalahan Andi karena sikap netral SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Berulang kali, SBY meminta peserta kongres untuk memilih sesuai hati nurani. "Saudara gunakan hati nurani masing-masing. Tidak ada tekanan dari pihak mana pun. Tidak boleh kader atau anggota Demokrat lakukan tekanan-tekanan. Kita pilih dengan hati nurani masing-masing," kata SBY, sebelum pemilihan ketua umum [baca: SBY Minta Pemilihan Ketum Secara Bermartabat]

Kemenangan Anas dan Marzuki juga terkait dengan cara berkampanye yang mereka lakukan. Jika Andi langsung jor-joran sejak jauh-jauh hari, Anas dan Marzuki tidak banyak melakukan kampanye secara terbuka. Anas lebih memilih memasang poster di lokasi tempat berkumpul jurnalis. Dia juga lebih berdialog langsung dengan para pemilih. "Komunikasi politik yang sudah terjalin lama, menjadi bagian dari menuju kongres. Hubungan saya dengan DPD/DPC lebih dalam, lebih otentik, dan lebih alamiah," kata Anas, santun.

Begitu juga dengan Marzuki. Dia tidak banyak menyebar poster di arena kongres. Bahkan, Ketua DPR ini paling akhir mendeklarasikan diri untuk maju sebagai ketua umum. Namun, Marzuki memiliki investasi politik yang besar karena pernah menjabat sebagai Sekjen Partai Demokrat. "Ini bukan pemilihan oleh rakyat. Kita hanya dipilih dengan jumlah terbatas, sekitar 500 orang," ujar Marzuki. Dengan perhitungan inilah Marzuki kemudian rajin mendekati calon pemilihnya.

Kekalahan Andi adalah bukti nyata bahwa klaim restu dewan pembina dan kampanye berlebih tak lagi bisa dijadikan senjata untuk mendapatkan suara pemilih. Perlu kerja keras dan rajin turun ke bawah jika ingin terpilih. Ini juga seharusnya diperhatikan mereka yang ingin mencalonkan diri pada pemilihan presiden 2014.(ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini